Smiley

2:29:00 PM
0
Awalnya, senang saja dengan cara kerja mereka. Tidak ada kata penolakan untuk tugas bersih-bersih itu. Dan mereka cenderung merasa kegirangan, dengan memanggil semua wadyabala. Maka kemudian ada semacam kesukaan untuk membunuh secara halus nyamuk-nyamuk ganas di tiap malam. Agar bangkai mereka menjadi santapan kawan kecil itu.

Yah, anggap saja itu juga sebagai psy war buat pasukan pendengung yang rajin bekerja pada cuaca panas Surabaya. Sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan, mereka ini tidak pernah takut mati. Meskipun anggota pasukan emak-emak nyamuk itu bergelimpangan dan langsung menjadi jarahan para semut. Tidak ada satu malam pun yang terlewat tanpa serangan pasukan terbang itu. 

Pedas sekali jika mereka bersatu menyerang kaki, maklum udara panas tidak memberi pilihan untuk berkemul. Tidak pernah tahan lama menggunakan selimut. Jadi, sebenarnya pasukan semut kecil di bagian bawah yang menangguk untung. Dari para 'sahidah' yang memperjuangkan generasi nyamuk itu dan aku yang memang merasa perlu mengakhiri perjuangan para nyamuk.

Semut yang Makan
imindojaya.com

Dan kini, tiba-tiba kawan kecil itu telah menguasai kamar. Tidak ada sejengkal bagian kamar yang bebas dari pedas-pedas kecil gigitan mereka. Yang membuat semakin sebal tentu karena mereka kebal hukum, tidak boleh dibunuh. Jadilah aku menjadi penakluk semut dengan menjadi 'peniup'. Banda abab. Begitu orang jawa berujar.

Sayangnya, mereka tidak pernah berhenti untuk makan. Atau lebih tepatnya mengumpulkan makananan. Seperti orang-orang kaya yang tidak pernah berhenti mengoleksi dolar, apalagi sekarang begitu melejit di kisaran Rp. 13000,-. Semakin semangat mereka. Seperti semut-semut kecil yang sekarang menyerang balik orang yang men-traktir mereka. Dengan sangat terpaksa, perang juga dengan mereka.

Sebenarnya cukup simple mengalahkan mereka, cukup dengan sapu ijuk. Dan cara itu yang paling mendekati aman dari pembunuhan terhadap mereka. Namun, mereka adalah pejuang sejati yang selalu kembali. Hingga terkadang mereka menyelinap ke dalam kasur, menaikkan kadar kebencian yang semakin menjadi. Berani sekali!!!! Seperti pasukan palu arit yang menunggu kematian Sang Juragan, menggunting dalam lipatan.

Ah, mungkin sudah waktunya menggunakan cara yang tidak nyaman itu. Air yang mengandung sabun, dan kedisiplinan yang tinggi untuk mensterilkan lantai kamar dari jasad nyamuk-nyamuk berani mati. Sungguh, tidak ada pilihan selain bersikap kejam kepada nyamuk, dengan menggilas tubuh mereka tanpa bekas. Sehingga tidak ada alasan lagi buat 'kawan merah' itu untuk menggigit rampasan perang. Duh, salah besar jika merasa mampu memelihara 'kawan-kawan merah' yang berjuang siang malam itu.   

0 Komentar:

Posting Komentar