Smiley

0
Tentu banyak yang tahu jika disebut seorang figur yang legendaris ini, Bang Haji. Legenda hidup dengan film Satria Bergitarnya. Apalagi sering menyentil kegemaran remaja, begadang. Aku termasuk yang tidak percaya dengan salah satu lirik lagu buatan Bang Haji, yang lagunya, remaja itu sempit pikirnya. Pendek pertimbangan, dan semau - maunya. Apalagi jika setiap hari harus mendengar cerewetnya seorang Emak. Yang tidak pernah berhenti memberi tugas. Rasanya ingin menyelinap sambil mencari alasan. Memanfaatkan ritual mau tidur, harus buang air kecil dulu. Senang sekali rasanya berlari - lari menyelinap seperti itu, seperti narapidana yang selalu ingin meloloskan diri mungkin. Ini bahagia, Bang Haji!

Harus kuakui, ketika Emak pergi, hati kecilku meronta bebas. Karena bagiku rumah menjadi asing, tidak seperti hari - hari saat suara itu sering memanggil namaku. Mengerjakan tugas sehari - hari sampai ke semua sudut halaman. Aku juga menjadi bagian dari pengurusan rumah itu, dan kemudian semuanya berbeda. Hilang begitu saja, dan Aku merasa semakin bebas melakukan apa yang Aku mau. Pulang sekolah pun tidak harus langsung ke rumah, bebas bermain mencari kehangatan. Tenggelam dalam permainan - permainan yang menggunakan argo. Aku nikmati betul setiap sudut sekolah, menemukan semua hal yang menurutku menarik perhatian. Aku bahkan menjadi wakil ketua kelas, dan kemudian ramai - ramai bolos bareng, melompat pagar yang sudah roboh. Dan bagiku tetap saja lirik lagu darah muda itu tidak masuk di akal. Semua menyenangkan, apakah Bang Haji tidak tahu nikmatnya?

Berdiri Merlion

Entah, semakin jauh dari rumah menjadi semakin kuat hatiku. Aku menjadi sangat aktif di luar rumah, namun segera mengantuk di dalam kamar. Dan kemudian, Aku bertekad untuk menaklukkan banyak perjalanan. Ke tempat - tempat baru yang mungkin tidak pernah terbayangkan. Keriangan di Surabaya sudah tidak mengasyikkan lagi. Di mulai dengan Jodoh Journey, segera setelah bisa mengumpulkan sedikit lebih banyak dari uang lembur. Berburu kuliner, berburu tempat baru. Mengumpulkan satu demi satu kilometer lebih jauh. Kadang, dengan kaki  dan sendiri pun, Aku berjalan entah di mana tujuan. Sekedar menambah tabungan kilometer. Lembur sampai pagi, kemudian berjalan lagi ke tempat - tempat baru dengan segala makanannya. Berangkat pagi pulang malam, dan habiskan waktu berburu kuliner sampai menjelang pagi tetap terjaga. Dan, tetap saja lagu begadang itu terasa aneh meskipun menyenangkan saat didendangkan di ruang karaoke.

Sudah jauh perjalanan ketika Aku kemudian sadar. Apakah kemudian hatiku menjadi puas menjalani semua itu? Bahkan semakin kosong saja ruang hatiku. Ternyata bukan kilometer itu yang menjadi ukuran. Tidak ada ketenangan di sana, karena begitu tiba pada tempat - tempat itu, apalah. Tidak ada hatiku di sana, tidak ada diriku di sana. Sungguh, Aku begitu menyukai setiap perjalanan itu. Namun lagi - lagi, ternyata tidak ada diriku di sana. Siapa Aku? Dan, begadang menjadi hal yang indah untuk sekedar mengulang kembali. Selama di dalam hati belum menemukan jawaban itu.

Aku menjadi lebih senang kembali menepi. Di sebuah kota yang memiliki kekuatan aneh yang selalu berhasil menarik diriku menemukan jawaban. Kota yang sempat menjadi puluhan tahun masa muda seseorang yang sangat mirip denganku. Dan Aku jadi sedikit mengerti, di mana Aku akhirnya harus memulai. Meskipun aku masih tidak sefaham dengan Bang Haji, selalu saja begadang menjadi ajang. Ah, ter-la-lu!

15 Rajab 1436 H

Mercusuar Jamuan

0 Komentar:

Posting Komentar