Smiley

3:13:00 PM
0
Aku sedang membayangkan, jika tetiba saja muncul malaikat di pagi hari buta. Saat Allah mengembalikan ruh ke dalam tubuh. Malaikat itu menahanku untuk kembali ke dalam jasad, dan memintaku melakukan scanning. Ya, seluruh tubuh. Dari ujung kaki dan ujung rambut. Tentu mengasyikkan, melihat tubuh kita sendiri dari luar. Sehingga kita dapat melihat apa yang sesungguhnya ada, bukan dari cermin atau kata orang.

Sebentar, mungkin pembaca perlu tahu mengapa malaikat itu menahanku. Dalam imajinasiku, cahaya yang indah itu akan bertanya, "Aku ingin berjabat tangan denganmu sehingga engkau dapat melakukan operasi kecil pada bagian mana saja dari tubuhmu. Yang engkau suka untuk diubah sesuai kemauanmu. Ya, ini adalah kebaikan dari Sang Maha Baik." Dan kemudian, Aku menjadi sibuk melakukan observasi ke atas seluruh bagian tubuhku. Lekuk demi lekuk untuk memutuskan bagian mana yang akan kusentuh dengan cahaya.



Seperti yang dapat pembaca saksikan dalam video di atas, sama saja pemikiranku. Telingaku mungkin terlalu lebar sehingga sering mendapat perlakuan khusus dari teman-teman kecilku. Atau yang lebih tidak nyaman, ketika mereka membandingkan bagian dahiku yang menurut mereka luar biasa. Bagian wajah memang yang menarik untuk disentuh oleh kekuatan itu. Tetapi benarkah jika satu bagian saja yang berubah dari wajahku akan berpengaruh sangat signifikan? Aku jadi ragu.

Ah, atau bagaimana jika tulang-tulangku yang kusentuh. Sehingga ada perubahan yang baik pada struktur tubuhku. Lebih atletis, dan kekar. Sangat menyenagkan bukan, berbadan tegap saat mengikuti banyak kegiatan olahraga. Apalagi untuk futsal yang seingatku sering membuatku terjatuh karena body charging lawan. Dan dengan kaki yang kokoh, mudah pastinya untuk melakukan banana kick. Wah, seru sekali, ya. Tetapi, ... apakah itu cukup membantu untuk apa yang senang aku lakukan selama ini? Rasanya, jadi aneh.

Malaikat yang baik hati itu masih sabar menunggu, tetapi matahari segera terbit. Suara qiraah pagi telah dimulai, dan mungkin hanya lima menit tersisa sebelum adzan subuh. Padahal, seperti biasa, jamaah pagi itu tidak pernah mau menunggu jamaahnya. Hanya sekitar sepuluh menit setelah adzan berkumandang, atau kurang dari itu, iqamah akan segera menyusul. Ah, memang tidak mudah memutuskan dalam waktu sesingkat itu. Jadi wajar jika Aku meniru Teladan Terbaik, untuk menyentuh sepotong daging di dalam dada. Dan berharap, cahaya itu akan menjadi penuntun dalam hidupku. Membersihkan kegelapan-kegelapan yang mendaki di sana.


0 Komentar:

Posting Komentar