Smiley

9:00:00 AM
1
#Beemoslem

Inilah capture status yang memicu banyak netizen untuk berkomentar pedas terhadap Si Anu. Gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi yang digagasnya pun menjadi bagian dari kecaman telak, atas fakta diskriminasi terselubung dalam status facebook berikut. Mungkin si Anu sedang dipengaruhi oleh aliran fanatik tertentu dan menanggalkan konsep evolusi budaya, yang biasa disandang dengan gagah oleh ''orang maju.''

Diskriminasi Budaya

Evolusi Budaya, seperti juga para ilmuwan membuat definisi evolusi secara umum, adalah bagian kehidupan manusia dalam mewarnai kehidupannya sejalan dengan perubahan masa. Tentu, secara lebih khusus pada perilaku sosial manusia yang lebih jelas terekam dalam sejarah. Dibandingkan dengan evolusi secara bilogis yang masih merupakan subjek untuk metode ilmu pengetahuan tua, arkeologi. Meskipun kini telah terbantu oleh teknologi yang semakin modern.

Sir Edward Burnett Tylor adalah antropologist yang menjadi pelopor studi ilmiah secara komparatif dan historis dalam kajian etnografi. Dikenal sebagai cultural evolutionist yang percaya bahwa terdapat kesamaan (universal) dalam perkembangan masyarakat dan agama. Pengetahuan, kebiasaan, kepercayaan, kesenian, dan banyak lagi aspek yang timbul dari kecerdasan manusia sebagai anggota masyarakat. Ilmuwan sosial sudah menemukan titik temu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi budaya, yaitu sangat kompleks. Sehingga, kebudayaan yang menjadi payung interaksi sosial ini dapat dikenali dalam suatu masyarakat.

Karena melibatkan anggota masyarakat itu sendiri, maka pergesekan nilai adalah sesuatu yang wajar. Pengaruh dari budaya di luar masyarakat pun akan sangat mempengaruhi perkembangan budaya dalam sebuah masyarakat lokal. Dan, budaya yang unggul dalam penilaian secara komunal akan memasukkan pengaruhnya secara masif. Itulah fakta yang menjadi pijakan dalam melihat fenomena apapun dalam dewasa ini.

Budaya global yang secara terang-terangan mempengaruhi, merubah, bahkan merusak budaya lokal tidak akan dipandang secara seragam oleh individu. Namun, sangat naif jika dalam perimbangan masyarakat kemudian ada seruan untuk kembali kepada budaya nenek moyang. Secara evolutif mencoba mencegah terjadi perubahan budaya. Dua hal yang sama-sama ekstrem dalam menanggapi riuh budaya, mungkin inilah sisa-sisa trauma besar pemaksaan buadaya pada masa kolonial.

Ratusan tahun Islam membentuk budaya baru yang lebih diterima oleh masyarakat dalam perjalanan panjang evolusi sosial. Sebelum kemudian datang tentara barat yang merencanakan penjajahan budaya. Masyarakat Nusantara telah mengenakan baju budaya Islam yang sangat kental, sehingga seorang 'pesakitan moral' pun akan terhina dengan kemurtadan. Meskipun tidak pernah sekalipun menaati ajaran Islam. Orang jawa akan mengatakan, ''wong jawa ilang jawane," terhadap siapapun yang menganut agama orang putih.

Dan secara perlahan, dimunculkanlah kembali legenda jawa pra Islam, yang dicitrakan dengan kemegahan bangunan candi. Padahal candi-candi itu sendiri tak lebih dari bangunan para elit kerajaan yang ditinggalkan rakyatnya. Milik mereka secara status, dan bukan bagian dari kehidupan masyarakat seara luas. Seperti yang pernah ditulis oleh T. Ceyler Young,
Di setiap negara yang kami masuki, kami gali tanahnya untuk membongkar peradaban-peradaban sebelum Islam. Tujuan kami bukanlah untuk mengembalikan umat Islam kepada akidah-akidah sebelum Islam tapi cukuplah bagi kami membuat mereka terombang-ambing antara memilih Islam atau peradaban-peradaban lama tersebut.
Tidak berhenti hanya disitu, sejarah Islam masyarakat juga dihantam dengan karya-karya sastra yang mendiskreditkan Islam dan mengangkat nilai kejawaan. Dharma gandul, suluk Gatoloco dan semacamnya yang dengan sengaja ditulis dengan anonim. Mengasingkan masyarakat jawa yang telah bergamis Islam agar telanjang dan benci dalam apapun yang berbau kearab-araban.

Memang Islamlah benteng terakhir bagi pengaruh buruk budaya mayoritas dunia, budaya barat. Yang karena kecemerlangan teknologinya menipu manusia, dalam kegamanangan untuk larut atau menepi. Kebanggaan tidak pernah muncul dalam kegamangan dan kerendahan diri. Kita tidak pernah dituntut untuk berhenti berbudaya, namun terus berjuang dalam mewarnai kebudayaan dengan cahaya Islam. Itulah jihad yang lebih menakutkan dari sekedar kematian. Sadar atau tidak, kita cenderung mengalah dalam perang budaya ini. Allahu a'lam.


1 Komentar:

  1. Halooo, Kak! Mau jadi bagian tim jelajah Kalimantan GRATIS dan dapetin MacBook Pro? Ikuti lomba blog "Terios 7 Wonders, Borneo Wild Adventure" di sini http://bit.ly/terios7wonders2015 #Terios7Wonders
    Lomba ini diperpanjang sampai tanggal 22 Agustus 2015.

    Buruan ikutan dan Jangan sampai ketinggalan, ya!

    BalasHapus