Proses
panjang pelemahan politik umat Islam di nusantara berawal dari keberhasilan C. Snouck Hurgronje, atau Abdul
Ghaffar. Berdasarkan penelitiannya sebagai seorang ''muslim'', Snouck memberikan tiga
rekomendasi besar kepada kerajaan Hindia Belanda. Yaitu menumpas semua gerakan
politis, perlahan melegitimasi hukum sipil berdasarkan hukum adat yang sejalan
dengan kepentingan kerajaan, dan tetap memberikan kelonggaran dalam ritual ubudiah yang memang sensitif. Meminjam
ungkapan dari tokoh besar Islam, M. Natsir, "Islam
beribadah itu akan dibiarkan, Islam berekonomi akan diawasi, Islam berpolitik
itu akan dicabut seakar - akarnya."
Jika kita buka kembali lembaran sejarah yang diabadikan di
dalam koprak ferrara, warisan
dakwah Sultan Agung Hanyokrokusumo, futuhat nusantara merupakan desain dakwah yang
dicetuskan oleh Sultan Muhammad I. Berkedudukan di kerajaan Turki Utsmani,
beliau menyiapkan tim dakwah berjumlah sembilan orang dengan keahlian khusus
berdasarkan data observasi ''seekor'' hud - hud, Ibn Battutah. Beranggotakan
para ulama dari berbagai wilayah yang berada dalam lindungan Khilafah. Rintisan
awal dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim, ahli irigasi dan tata negara dari
Turki, bermukim di perbatasan Lamongan dan Gresik. Berdakwah sekaligus mencetak
konsep persawahan yang lebih modern dan dapat diolah sepanjang tahun.
Inovasi dalam peran para wali untuk memberi solusi
kebutuhan masyarakat seperti tersebut di atas terus dilakukan. Observasi
terbaru direkam oleh Maulana Al Maghribi dari Maroko, sehingga gerak dakwah
dapat terus diperbaiki. Menyesuaikan perkembangan kemasyarakatan Jawa yang
memang secara geografi sangat strategis di nusantara. Generasi kedua kemudian
dipimpin oleh Maulana Ali Rahmatullah, yang masih memiliki hubungan
kekeluargaan dengan bangsawan Majapahit dan kerajaan Jeumpa di Aceh. Beliau
juga seorang ahli tata negara, yang kemudian mendirikan akademi ketatanegaraan
di Ampel Denta. Bahkan salah seorang putera mahkota Majapahit, Raden Patah,
juga merupakan anggota wali songo.
Sejalan dengan perkembangan dakwah, kemudian atas dukungan
para wali Raden Patah diangkat menjadi Amirul mukminin. Melepaskan
kenggotaannya dalam tim wali songo, untuk menguatkan posisi politik umat di
tanah Jawa. Namun tetap memberikan sumbangsih kepada kerajaan majapahit.
Sebutlah Maulana Ja'far As Shaddiq, penerus Sunan Ngudung, yang menjadi trainer tentara kerajaan Majapahit.
Berkedudukan di kota baru, bernama Kudus sebagai memoar asal muasal Sunan
Ngudung, Palestina.
Proses penobatan Amirul mukminin, atas saran para wali, tidak dengan tindakan politik konfrontatif seperti menyerang Majapahit yang semakin lemah
digerogoti oleh korupsi. Hingga kemudian ketika Adipati Terung melakukan
pemberontakan, Demak bergerak. Langkah yang sangat bijak menimbang posisi Raden
Patah sebagai seorang pangeran Majapahit, untuk memperoleh simpati rakyat Jawa.
Yang memandangnya sebagai langkah untuk menyelamatkan Sang Raja, dan kemudian
berhak menjadi penerus tahta.
Citra yang dibangun oleh para wali tersebut mampu meraih
dukungan masyarakat Jawa secara keseluruhan. Hanya dalam jangka waktu sekitar 70 tahun
proses dakwah, penduduk Jawa telah menerima Islam sebagai agama tanah Jawa.
Hikmah dari pemahaman yang sangat baik terhadap futuhat. Bahwa Islam, dengan futuhat, (pertama) membebaskan
manusia dari penghambaan kepada Makhluq menuju kehambaan pada Sang Khaliq
semata, (kedua) membebaskan manusia dari sempitnya dunia menuju keluasan
akhirat, dan (ketiga) membebaskan manusia dari kedzaliman agama - agama menuju
keadilan Islam.
Namun, peletakan dasar futuhat warisan
sahabat rasul yang sangat baik ini kemudian memudar setelah kegagalan perang
Jawa dan perang Padri. Pemerintah kolonial Hindia Belanda menumpas semua
akademi Islam yang kuat dalam pendidikan jihad. Dan kemudian, di bawah arahan Snouck yang menjadi arsitek politik Islam,
Belanda tidak pernah membiarkan tumbuhnya Islam sebagai doktrin politik. Hingga
saat ini, warisan snouck tersebut
dilanjutkan oleh kelompok Islam Liberal di Indonesia.
Rekomendasi snouck inilah, yang selalu dipertahankan
musuh Islam. Mayoritas umat Islam bahkan dibuat tidak berdaya dalam persaingan
ekonomi juga, setelah pemerintahan Soeharto dikhianati oleh konglomerat
keturunan. Ibarat memelihara seekor anak macan. Fasilitas terbaik yang
diberikan, justru dimanfaatkan untuk menguasai semua sektor ekonomi.
Berkaca pada sejarah kesuksesan Kantoor voor inlandsche zaken pada era snouck sebagai otoritas politik Islam
kerajaan Hindia Belanda, persatuan adalah mutlak diperlukan untuk mengembalikan
perjuangan futuhat nusantara. Pekerjaan rumah yang berat
meskipun dominasi politik rezim Soeharto telah berakhir. Kesempatan besar
pernah datang, dalam persaingan kursi RI-1. Namun, persatuan ternyata tidaklah
sederhana. Perpecahan pada partai Islam begitu mencolok, dan bahkan hal ini
masih terus berlanjut setelah pilpres. Perseteruan intern partai Islam, dan
kasus korupsi elit politik menambah daftar kebingungan politik mayoritas umat.
Sementara itu di luar, semua bahu - membahu untuk menjatuhkan Islam dengan
dukungan besar dari media.
14 Sya'ban 1436 H
0 Komentar:
Posting Komentar