Smiley

0
Proses panjang pelemahan politik umat Islam di nusantara berawal dari keberhasilan C. Snouck Hurgronje, atau Abdul Ghaffar. Berdasarkan penelitiannya sebagai seorang ''muslim'', Snouck memberikan tiga rekomendasi besar kepada kerajaan Hindia Belanda. Yaitu menumpas semua gerakan politis, perlahan melegitimasi hukum sipil berdasarkan hukum adat yang sejalan dengan kepentingan kerajaan, dan tetap memberikan kelonggaran dalam ritual ubudiah yang memang sensitif. Meminjam ungkapan dari tokoh besar Islam, M. Natsir, "Islam beribadah itu akan dibiarkan, Islam berekonomi akan diawasi, Islam berpolitik itu akan dicabut seakar - akarnya." 


Bendera Samudera

Jika kita buka kembali lembaran sejarah yang diabadikan di dalam koprak ferrara, warisan dakwah Sultan Agung Hanyokrokusumo, futuhat nusantara merupakan desain dakwah yang dicetuskan oleh Sultan Muhammad I. Berkedudukan di kerajaan Turki Utsmani, beliau menyiapkan tim dakwah berjumlah sembilan orang dengan keahlian khusus berdasarkan data observasi ''seekor'' hud - hud, Ibn Battutah. Beranggotakan para ulama dari berbagai wilayah yang berada dalam lindungan Khilafah. Rintisan awal dipimpin oleh Maulana Malik Ibrahim, ahli irigasi dan tata negara dari Turki, bermukim di perbatasan Lamongan dan Gresik. Berdakwah sekaligus mencetak konsep persawahan yang lebih modern dan dapat diolah sepanjang tahun.

Inovasi dalam peran para wali untuk memberi solusi kebutuhan masyarakat seperti tersebut di atas terus dilakukan. Observasi terbaru direkam oleh Maulana Al Maghribi dari Maroko, sehingga gerak dakwah dapat terus diperbaiki. Menyesuaikan perkembangan kemasyarakatan Jawa yang memang secara geografi sangat strategis di nusantara. Generasi kedua kemudian dipimpin oleh Maulana Ali Rahmatullah, yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan bangsawan Majapahit dan kerajaan Jeumpa di Aceh. Beliau juga seorang ahli tata negara, yang kemudian mendirikan akademi ketatanegaraan di Ampel Denta. Bahkan salah seorang putera mahkota Majapahit, Raden Patah, juga merupakan anggota wali songo.

Sejalan dengan perkembangan dakwah, kemudian atas dukungan para wali Raden Patah diangkat menjadi Amirul mukminin. Melepaskan kenggotaannya dalam tim wali songo, untuk menguatkan posisi politik umat di tanah Jawa. Namun tetap memberikan sumbangsih kepada kerajaan majapahit. Sebutlah Maulana Ja'far As Shaddiq, penerus Sunan Ngudung, yang menjadi trainer tentara kerajaan Majapahit. Berkedudukan di kota baru, bernama Kudus sebagai memoar asal muasal Sunan Ngudung, Palestina.

Proses penobatan Amirul mukminin, atas saran para wali, tidak dengan tindakan politik konfrontatif seperti menyerang Majapahit yang semakin lemah digerogoti oleh korupsi. Hingga kemudian ketika Adipati Terung melakukan pemberontakan, Demak bergerak. Langkah yang sangat bijak menimbang posisi Raden Patah sebagai seorang pangeran Majapahit, untuk memperoleh simpati rakyat Jawa. Yang memandangnya sebagai langkah untuk menyelamatkan Sang Raja, dan kemudian berhak menjadi penerus tahta.

Citra yang dibangun oleh para wali tersebut mampu meraih dukungan masyarakat Jawa secara keseluruhan. Hanya dalam jangka waktu sekitar 70 tahun proses dakwah, penduduk Jawa telah menerima Islam sebagai agama tanah Jawa. Hikmah dari pemahaman yang sangat baik terhadap futuhat. Bahwa Islam, dengan futuhat, (pertama) membebaskan manusia dari penghambaan kepada Makhluq menuju kehambaan pada Sang Khaliq semata, (kedua) membebaskan manusia dari sempitnya dunia menuju keluasan akhirat, dan (ketiga) membebaskan manusia dari kedzaliman agama - agama menuju keadilan Islam.

Namun, peletakan dasar futuhat warisan sahabat rasul yang sangat baik ini kemudian memudar setelah kegagalan perang Jawa dan perang Padri. Pemerintah kolonial Hindia Belanda menumpas semua akademi Islam yang kuat dalam pendidikan jihad. Dan kemudian, di bawah arahan Snouck yang menjadi arsitek politik Islam, Belanda tidak pernah membiarkan tumbuhnya Islam sebagai doktrin politik. Hingga saat ini, warisan snouck tersebut dilanjutkan oleh kelompok Islam Liberal di Indonesia.

Rekomendasi snouck inilah, yang selalu dipertahankan musuh Islam. Mayoritas umat Islam bahkan dibuat tidak berdaya dalam persaingan ekonomi juga, setelah pemerintahan Soeharto dikhianati oleh konglomerat keturunan. Ibarat memelihara seekor anak macan. Fasilitas terbaik yang diberikan, justru dimanfaatkan untuk menguasai semua sektor ekonomi.

Berkaca pada sejarah kesuksesan Kantoor voor inlandsche zaken pada era snouck sebagai otoritas politik Islam kerajaan Hindia Belanda, persatuan adalah mutlak diperlukan untuk mengembalikan perjuangan futuhat nusantara. Pekerjaan rumah yang berat meskipun dominasi politik rezim Soeharto telah berakhir. Kesempatan besar pernah datang, dalam persaingan kursi RI-1. Namun, persatuan ternyata tidaklah sederhana. Perpecahan pada partai Islam begitu mencolok, dan bahkan hal ini masih terus berlanjut setelah pilpres. Perseteruan intern partai Islam, dan kasus korupsi elit politik menambah daftar kebingungan politik mayoritas umat. Sementara itu di luar, semua bahu - membahu untuk menjatuhkan Islam dengan dukungan besar dari media.

Jikalah "Saatnya umat Islam bersatu" hanyalah jargon semata, dan alergi politik umat semakin memburuk. Mungkinkah bayangan Snouck dapat disingkirkan dari umat?! Kita selayaknya tidak pernah berhenti berharap. Semoga hidup ruh SI (Sarekat Islam)  dalam perjuangan politik umat, sehingga kemudian kita dapat tersenyum mengenang anekdot lama. Yaitu, SI adalah akronim dari Salah Idenburg. Wallahu a’lam.

14 Sya'ban 1436 H

0 Komentar:

Posting Komentar