Perjalanan ke barat memang penuh hal baru, tempat - tempat baru yang membawa kenangan. Namun dari semua titik evaluasi hanya kosong yang paling dominan. Aku bisa begitu bebas menemukan tujuan - tujuan perjalanan yang baru. Tetapi sebagai gantinya, ada hal yang menjadikanku seperti semut - semut kecil dengan sedikit jadwal darmawisata. Aku menjadi orang baik di tempat kerja, karena mengingat semua rencana perjalanan di depan nanti. Dan ketika sampai di rumah, hanya potongan layar laptop yang menjadi tumpahan kekesalan dan ketegangan yang terjadi seharian.
Hal yang paling ekstrim dari perjuangan untuk menemukan tempat baru tersebut, ketika pulang dini hari sekitar 02:00 WIB tidur sebentar dan jam 05:00 berangkat ke oversea. Meminjam ilustrasi kolega perjalanan, setengah jam kami menjadi zombie yang tidak tahu bagaimana caranya menggigit. Hanya untuk mencari port station pemesanan tiket balik nanti malam. Untung tidak ada dokumentasi wajah, duh. Begitulah harga dari semua petualangan itu. Bahkan, ketika di office tidak pernah lupa shalat. Namun begitu sampai di rumah, yang kuingat hanyalah suara klakson mobil jemputan di pagi hari. Sengaja atau tidak disengaja, semua menjadi sama.
Perjalanan ke timur berawal dari keadaan ini, Aku memulai semua dari nol lagi. Mencari apa yang seharusnya menghabiskan 8 jam setiap 24 jam sehari. Dengan menyenangkan dan menyehatkan. Hingga kemudian terdampar dalam sebuah program Management Trainee di sebuah perusahaan pelayaran modern. Perjalanan menjadi semakin ke timur, di daerah dengan bahasa - bahasa baru. Dan terperosok semakin jauh ke dunia entrepreneur yang menarik mata dan hati. Tidak peduli dengan resikonya, karena potensinya begitu mengesankan. Sungguh, inilah keputusan yang tidak pernah akan kusesali sepanjang hidup. Di dalam kebebasan itulah kemudian kutemukan jawaban - jawaban tentang hidup. Tentang apa sebenarnya yang harus disiapkan dalam perjalanan seluruh hidup.
Tidak mudah bersabar dalam keterbatasan, naik turun dari fase pencarian sampai hakiki. Pertanyaan baru kemudian muncul, tidak adakah bagian dimana Aku bisa bermanfaat dengan semua ilmu keteknologian. Bukankah itu juga penting, untuk berkembang sebagai pribadi yang unik dan tidak membosankan. Pertanyaan ini muncul begitu saja, karena memang secara lahir sudah biasa dengan imajinasi dan pemikiran. Tidak pernah lelah sepertinya, dan meskipun semua adrenalin bisa dimanifestasikan. Belum lengkap jika sisi bagian ini harus dibiarkan dalam rak memori. Membuatku singgah pada bagian ini.
Semakin ke timur, bergerak mencari jawaban baru lagi. Apakah manfaat terbaik dari semua kegelisahan pemikiran ini. Haruslah tetap menjadi bagian dalam hidup. Ditemukan, meskipun harus memulai dari nol. Seperti saat Bapak meninggalkan semua hal di Surabaya kecuali dirinya dan beberapa pakaian, demi menemukan kehidupan baru yang berkelanjutan. Meskipun beliau paham, mungkin, tidak akan mampu menemani sampai akhir. Hanya terkaan, melihat bagaimana beliau memilih menyerah karena melihatku yang belum siap (sungguh bagian yang paling menyesakkan dada).
Menuju ke timur dan tetap saja, masih ada bagian yang hilang dari lima waktu yang disebabkan oleh kekosongan hati. Apa sebenarnya yang menjadi jawaban sesungguhnya. Apa yang seharusnya menjadi bagian penting dari sebuah keputusan. Apakah kepastian, bukankah dulu begitu nyaman dengan kebebasan. Apakah pengabdian, bukankah dulu begitu tertantang untuk mengarungi samudera. Dan ketika sampai di timur, Aku hanya menemukan setengah dari diriku. Berdiri tanpa kehangatan. Perjalanan ke timur membuat kembali lagi pada padepokan Al Falah, dalam keheningan. Mencari lagi, apakah sebenarnya hidup. Tidak peduli, karena pikiranku tidak pernah menjadi tua oleh waktu.
17 Rajab 1436 H
0 Komentar:
Posting Komentar