Smiley

0
Manajemen
codecondo.com

Dalam organisasi perusahaan, sering kita bertanya (terutama jika kita bagian dari manajemen) sebenarnya karyawan ini mengerti tidak dengan yang diinginkan perusahaan. Karena begitu banyak motif karyawan untuk tetap bertahan di perusahaan. Seratus persen mengerti tentang visi perusahaan yang telah dipajang dalam sebuah pigura yang cantik pada  banyak tempat. Kadang kita juga merasa begitu sulit untuk mengetahui pekerjaan rekan kerja. Banyak perselisihan yang timbul karena rekan kerja tidak tepat waktu melakukan tugas, atau kita sendiri yang tiba - tiba merasa ditekan oleh rekan kerja untuk mengerjakan sesuatu.

Saya pernah mendapatkan pertanyaan, dua seperti di atas, dalam banyak tugas yang saya kerjakan. Luar biasa beban kerja dalam industri manufaktur yang memang sangat keras dalam efisiensi. Hanya untuk submit beberapa instruksi kerja saja, sering betul di-reject. Mungkin karena posisi angle pengambilan gambar yang salah. Padahal sebelum melakukan itu juga dilakukan investigasi dengan tim kerja, dari produksi, QA, dan Engineering. Atau barang - barang yang dikirim balik untuk pekerjaan rework, hanya karena salah label. Banyak sekali evaluasi dan adjustment atas pekerjaan - pekerjaan kita.

Hingga kemudian, pertanyaan yang menjadi umum adalah sebenarnya kita ini mampu atau tidak untuk melaksanakan pekerjaan kita. Kalau sudah pada bagian ini, sepertinya transfer ketidakpuasan akan turun dari top manajemen sampai ke operator biasa. Ah, pelik sekali. Rasanya kita tidak pernah merasakan kepuasan atas hasil kerja kita. Selalu saja ada kekurangan.

Kita kemudian akan terkena virus manajemen yang semakin akut jika tidak ada usaha untuk perbaikan. Yaitu, lack of direction, lack of motivation, dan lack of competence. Bekerja semaunya, seadanya, dan sekedarnya. Semaunya, karena visi perusahaan tidak membekas dalam benak kita. Seadanya, karena toh apa yang kita dapat dari perusahaan tidak signifikan. Dan sekedarnya, karena adalah kemampuan kita memang cuma sekadar saja.

Dalam sebuah buku karya Agung Praptapa, seorang akademisi dan konsultan manajemen, "Strategi Mengendalikan Perusahaan," memberikan ilustrasi yang mencengangkan tentang karyawan dan pekerjaannya. Ketika kunjungan pada sebuah pabrik di Jepang, ada seorang penjaga pintu masuk khusus yang mengalami keterbelakangan mental. Selama masa kerja saya di perusahaan manufaktur, belum pernah menjumpai karyawan seperti itu. Apa tugas yang cocok dikerjakan olehnya?!

Tetapi dari ilustrasi dalam buku tersebut, justru itulah penerapan konsep the right man in the right place. Perusahaan hanya mau karyawan tersebut untuk melarang seorang tanpa identitas masuk. Namun karyawan tersebut justru merasakan bahwa perusahaan begitu menghargainya. Dan memang kemampuannya untuk fokus pada ''identitas'' tidak ada tandingan. Bahkan Penulis buku yang didampingi oleh seorang Manajer, atasan karyawan tersebut, tidak diijinkan masuk karena Penulis tidak mengenakan identitas. Memang manajer itu lebih tinggi jabatannya, namun tetaplah tugas perusahaan di atas segalanya. Tidak ada kompromi. Sungguh perpaduan karyawan terbaik dan misi yang diberikan.  

28 Sya'ban 1436 H

0 Komentar:

Posting Komentar