Motogp adalah tontonan yang membosankan saat juara telah terlihat mentereng memimpin balapan. Tanpa saingan, tanpa adegan salip-menyalip. Karena memang hitungan detik itu begitu kecil dibanding dengan jumlah lap yang harus dilewati. Apalagi jika leader telah menyapu semua kemungkinan dari awal-awal lap. Dalam Motogp Misano 2014 lalu adalah contoh tayangan membosankan itu, ketika Marquez dikalahkan oleh dirinya sendiri. Jatuh ke posisi 15 di akhir finish karena kesalahan yang sangat tidak diinginkan oleh kawan maupun penonton. Sudah dengan begitu mudah memprediksi kemenangan Rossi di akhir lap.
Apalagi Jorge yang telah takluk oleh Marquez sejak putaran lap ke empat terkontaminasi asap. Tidak bergerak untuk menyodok kembali ke depan. Praktis, perbedaan detik yang terjadi antara leader dan Jorge menjadikan iklan dan komentar berterbangan selama balapan terjadi. Begitulah race bagi penonton, yang seru dan layak menjadi perhatian adalah ketika dalam perebutan podium terjadi banyak intrik untuk saling mengalahkan. Mungkin penonton akan sedikit terhibur, jika dalam deretan 4-5-6 ada proses rotasi posisi yang panas.
Maka jangan heran, jika kita sering dipaksa untuk terus berkompetisi dalam hidup. Di dalam perusahaan misalnya, kita tidak pernah merasakan senangnya berada di puncak prestasi terlalu lama. Karena akan ada target baru yang harus dicapai, tanpa ada kompensasi. Bagi perusahaan, sangat berkepentingan untuk dapat mengambil semua potensi dari karyawan mereka. Jangan sampai ada yang terbuang percuma dari kehadiran seorang karyawan yang telah tergantung oleh gaji dan kontrak. Dan batas-batas penilaian pun mungkin akan terasa tidak adil bagi karyawan, yang terus di-up grade target dan harapan mereka oleh perusahaan. Karena sangat tidak mudah bagi perusahaan untuk fokus kepada kenaikan gaji, hehehe.
Tidak banyak orang yang bahagia di dalam pekerjaan mereka. Kondisi lingkungan yang memaksa mereka untuk terus berkompetisi bersama pemberi gaji. Jangan heran jika banyak terjadi perilaku curang, penuh intrik, cari muka, dan perilaku sosial buruk yang lain dalam tim. Meski tidak melulu begitu, karena dalam masing-masing pribadi ada skala prioritas yang berbeda. Bisa jadi kompetisi yang ada dalam perusahaan sudah bukan prioritas utama. Cirinya, karyawan yang sulit untuk diajak dalam proyek perubahan yang sedang berlangsung di perusahaan. Bagi mereka, kerja sudah mereka atur dengan standard mereka. Entah berdasarkan kelelahan menanti benefit dari perusahaan atau karena mereka telah menemukan harga terhadap kerja.
Tidak mengapa Anda memilih sesuai keinginan, dan kenyamanan. Karena itu hak Anda tanpa menyingkirkan hak dari perusahaan tempat Anda bekerja. Mereka juga punya kuasa untuk mengganti Anda dengan ribuan orang yang sedang antri di luar sana. Ya, anggap saja seperti perjuangan kita dalam meraih kedekatan dengan Allah. Boleh memilih jalan mana saja, agama apa saja. Tetapi kebenaran telah jelas, terang, seperti siang dan malam. Allah telah memenangkan agamaNya, dan punya kekuasaan absolut untuk mengganti kita dengan orang lain, dari keturunan atau bahkan bangsa lain.
Dalam kaca mata waktu dari sisiNya, kehidupan dunia ini tak lebih dari perbedaan waktu balapan antar pembalap. Hanya dalam kisaran detik, namun sangat menentukan poin dan kemenangan. Meski hanya dalam angka signifikan di belakang nol sekalipun. Dibandingkan dengan keabadian yang telah dijanjikan, dunia hanyalah tetesan air di lautan. Tidak akan mengurangi kebesaran dan keluasan akhirat. Memilih skala prioritas, kadang kita dilenakan oleh kompetisi yang semu. Yang nilainya tidak lebih baik dari selembar sayap seekor nyamuk di mata Allah.
0 Komentar:
Posting Komentar