Kita tentu masih ingat, beberapa saat yang lalu ketika gencar kampanye "jadikan kantong bajumu tempat sampah sementara." Dan sampai sekarang apa yang ''pernah terjadi'' tetap relevan sampai kapan pun. Seperti pepatah lama, "sedikit pun menjadi bukit." Kita semua percaya dengan kata-kata apik ini. Bahkan mungkin memberikan tempat yang sejajar dengan pepatah lain, "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian." Itulah rumus akumulasi, sehingga orang yang sinis pun akan tetap percaya, "satu juta tanpa 100 rupiah bukan benar."
Kita mulai dengan hal abstrak terlebih dahulu, untuk mendapatkan gambaran berkumpulnya hal-hal kecil menjadi besar. Tanpa kita sadari, hampir tiap hari kita berbuat dosa. Dosa-dosa kecil yang pada dasarnya akan ditutupi dengan istighfar. Seperti kisah ujaran orang-orang dahulu tentang Barseso, orang alim yang dengan terpaksa menerima amanat. Untuk menjaga saudara perempuan dari kaumnya, yang telah begitu yakin dengan track record Barseso. Tidak pernah berbuat fasiq kepada perempuan.
Awalnya, Barseso selalu taat kepada prinsip yang dipegangnya dengan kuat. Letakkan makanan dan kebutuhan perempuan "titipan" tersebut di depan pintu. Tetapi ada hasrat yang membenarkan untuk kemudian mengetuk pintu setiap datang. Lalu semakin biasa, hingga terbersit ingin untuk memastikan keadaan perempuan yang telah dipercayakan kepadanya itu.
Berlalu hari, semakin normal saja memandang dari dekat keadaan Sang Nona. Maka tidak cukup puas dengan begitu, besok lagi bertanya kabar dengannya. Lama, masih saja begitu. Hingga tiba kemudian giliran hatinya yang ingin bertukar kata. Bercakap pun, karena kebiasaan yang telah lama dan terkumpul di dalam dada terasa hangat. Mesra, hingga kemudian merasa perlu untuk berdialog di dalam ruang yang pribadi. Barseso menerima ajakan untuk sekedar singgah, menikmati suasana yang lebih hangat.
Boleh jadi dosa-dosa kecil itu hanya setitik hitam. Atau sekedar debu yang kasat mata. Memang kita tidak dapat melihat dosa itu seperti apa, wajar jika kemudian alpa. Barseso yang alim saja bisa tergoda, apalagi ... Bagaimana kalau kita ibaratkan dosa-dosa ringan itu sampah dari snack ringan. Sekedar plastik bungkus yang tidak seberapa besar lah, tidak mengganggu jika dibuang langsung. Atau yang lebih kecil dari itu, kulit pisang yang tanah pun mampu mendaur ulang. Tidak jadi soal juga, kan. Apalagi sekdar puntung rokok yang besarnya tidak lebih dari seujung kuku.
Ah, andil kita padahal sangat kecil, ya. Hanya seluas ujung kuku, yang tidak akan kita kira. Tetapi jauh di akhir sana, semua itu terkumpul menjadi satu. Atas bantuang tangan-tangan para pahlawan kebersihan. Yang kita bayar murah, untuk membersihkan tangan kita yang suci. Jadi, sebaiknya kita teruskan saja yang kecil-kecil itu. Asal tidak melakukan yang besar yang langsung berdampak kepada orang lain. Toh, orang-orang di sekitar kita tidak terganggu dengan andil kita yang kecil itu. Abaikan saja!
0 Komentar:
Posting Komentar