Keempat hal tersebut melekat pada manusia sehingga manusia dapat berperan di dunia ini untuk dua jalan yang terpisah. Jalan yang lurus atau memilih kebengkokan dalam mencari sifat sejati dirinya. Jalan lurus adalah kondisi yang tengah-tengah dan seimbang antara jasad dan ruh. Yang merupakan komponen yang saling mendukung, jasad sendiri adalah kendaraan manusia. Dalam fitrahnya, atau secara alami, jiwa manusia akan mencari kesetimbangan tersebut. Namun syahwat dan hawa-nafsu cenderung mencari pleasure dan sangat mudah terpicu, seperti pemantik dengan api.
يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِم
Hati, di mana jiwa bersemayam dalam pemenuhan kebutuhannya, selalu tergerak atas dorongan alamiah ini. Dia akan menemukan ketentraman hanya jika telah menemukan Allah ﷻ, sumber ruhiyah manusia. Membersihkan hati, sebagaimana dinukil oleh doktor dari Ibnu Qayyim al Jauziyah, adalah dari lima pengotor hati yang menyalahi fitrah. Syirik yang mengabaikan pentingnya berserah diri kepada Allah ﷻ semata. Bid'ah dalam sunnah yang menjauhkan manusia dari penghambaan yang paling dekat dengan kebenaran, berdasarkan bimbingan wahyu dari Allah ﷻ. Dua hal yang menjadi tolok ukur ibadah yang sesuai dengan ilmu Allah ﷻ.
Manusia juga mendapat ancaman dari tiga pengotor yang tidak kalah berbahaya dari dua pengotor tersebut di atas. Yaitu syahwat, lalai, dan hawa-nafsu. Ketiga hal ini menjauhkan manusia dari memenuhi perintah Allah ﷻ, melalaikan manusia dari ingat kepadaNya, dan menghapus keikhlasan dari dalam hati manusia. Padahal niat karena Allah dan kesesuaian dengan sunnah selalu kembali kepada tujuan, perbuatan, dan keteguhan dalam beramal. Kebahagiaan yang bersarang di hati akan terasa lezat dan tuntas dengan bersihnya hati dari lima pengotor ini.
Oleh karena manusia telah dibekali dengan empat fitur yang telah disebutkan sebelumnya, manusia juga memiliki fitur tanggung jawab. Atas rahmat Allah ﷻ manusia diberikan ilmu pengetahuan melalui wahyu, sebagai panduan dan informasi yag bersifat esensi. Dengan harapan, segala keterbatasan manusia dalam berkehendak tidak menjadikan manusia berputus asa. Batasan itu adalah kehendak dari Allah ﷻ yang mutlak dan rahasia. Benar apa yang sering kita dengar, kebahagiaan memiliki ruang di dalam dada. Hati yang bersih memudahkan seseorang untuk tetap bahagia dalam banyak keadaan yang selalu berubah. Karena kebahagiaan itu datang langsung dari Allah ﷻ.
0 Komentar:
Posting Komentar