#Beemoslem |
Dulu, mungkin kita tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya membaca buku amal di pengadilan hari akhir. Bukan bermaksud menyamakan dengan sesuatu pun di dunia ini. Karena apa ayng terjadi di sana hanyalah gambaran yang kita dengar melalui Firman dan Sabda, Quran-Sunnah. Tidak ada bandingannya di dalam dunia, sebagai kemahaan Rabb dalam memberi surprise kepada seluruh makhlukNya.
Tetapi sekarang, coba saja membuka temlen FB pembaca seperti ilustrasi di atas. Di dunia kita bisa dengan mudah menghapus status-status yang mungkin menjadi ancaman dosa. Yang akan bersaksi terhadap kita bagi para haters. Seperti para artis yang sedang ngelantur dan posting sesuatu yang kontroversial. Atau malah sengaja membuat yang wah itu seekstrim mungkin untuk menarik perhatian netizen.
Sayangnya, hanya orang yang makrifat mampu memahami resiko seperti itu di depan pengadilan akhirat. Mereka diberikan cahaya dalam hatinya untuk melihat konsekuensi dari segala yang dilakukannya selama dunia. Mereka merasa sangat takut ada catatan amal buruk di atas kitabnya, atau ada noda yang belum diampuni oleh Allah. Seperti mudahnya membaca timeline di atas, Allah sangat mampu untuk mengumpulkan semua catatan amal kita di dunia dalam satu kitab. Bahkan dengan mudah, celaka orang yang tidak menerimanya dengan tangan kanan.
Sungguh celaka, karena tidak ada kemampuan bagi kita untuk menghapus noktah kotor dalam catatan amal kita. Hanya Allah yang menutupi dosa kita di hadapan manusia, public/friends/only me option. Kita bisa saja menyembunyikan, mendelete dengan mudah status yang pernah kita tulis. Mengubahnya menjadi yang lebih baik pun sangat mudah. Jangan-jangan kita telah merasa mampu menguasai catatan amal, dan menggubahnya sesuai keinginan kita. Jika kita melihat kelupaan kita akan dosa yang mudah saja terjadi, tanpa penyesalan.
Dan sebagian dari atau kita dengan bangga melakukan suatu keburukan, mempostingnya dan menertawainya. Di dalam temlen facebook, demi eksis. Memang dunia ini sering membuat kita lupa, bahwa Raqib-'Atid tidak gentar dengan suap. Dalam guyonan, kita juga pernah berpikir, "satu dikurang satu dari buruk dengan baik bisa aman." Dari pembalasan dan hisab Allah. Mungkin juga ada yang lebih ekstrem dari sekedar candaan seperti itu. Allahu a'lam.
0 Komentar:
Posting Komentar