Smiley

1:23:00 PM
5
Boycot Israel

Israel sangat meradang dengan fatwa imam besar Yusuf Qardlawi untuk menolak semua produk yang berafilisasi dengan yahudi dan gerakan zionisme. Bahkan dengan menambahkan Amerika dalam daftar gerakan embargo tersebut. Sehingga Amerika sebagai polisi dunia merasa perlu ikut campur dalam politik Mesir yang sedang dihampiri Arab Spring. Mereka mulai membalik keadaan sekarang, dan banyak yang lupa dengan gerakan embargo tersebut.

Bapak bangsa, yang akrab dipanggil Pak Habibie pernah menyindir dengan lebih halus tentang belanja produk masyarakat Indonesia. Ya, tidak ekstrim seperti yang telah diserukan oleh Syeikh Yusuf. Anggap saja kita lebih senang dengan membayar waktu produktif bangsa ini dengan mengutamakan produk dalam negeri Indonesia. Pasti ada sebab dengan seruan Mantan Presiden penakluk dolar tersebut. Seperti, dalam fakta masifnya tarikan merk luar negeri yang sanggup membutakan mata hati konsumen dari Indonesia.

Iman Supriyono, seorang konsultan dan penulis buku dalam bidang bisnis pernah memberikan data dahsyatnya merk yang beredar di Indonesia. Beliau menukil rilis Harian Bisnis Indonesia tertanggal 9 April 2013 yang melaporkan pendapatan Unilever NV Rotterdam dari royalti merk dan biaya jasa sebesar 938 Milyar Rupiah untuk tahun 2012. Hanya untuk satu perusahaan yang puluhan merk-nya telah menghujam di Indonesia, saja. Rakyat Indonesia harus membayar hampir 1 triliun rupiah setahun.

Dahsyat, bukan?! Bahkan sangat jarang orang yang faham dengan pemegang paten dengan logo U tersebut yang akan menyangka jumlah merk kesukaan mereka dalam mengeruk uang dari kantong mereka. Sekarang kita jadi faham, lebih mengerti sedikit, mengapa gerakan yang diinisiasi oleh syeikh Yusuf tersebut harus segera dihancurkan. Atau jika tidak dapat dihancurkan dengan cepat, dilemahkan dengan perlahan hingga dunia kembali lupa atas apa yang sebenarnya ada dalam fakta di lapangan.

Memang Pak Habibie tidak menganjurkan untuk memboikot produk tertentu, karena mungkin sadar dengan kelemahan masyarakat Indonesia. Ya, setidaknya belilah produk yang sudah diproduksi di negara ini, made in Indonesia. Yang sudah membayar pajak, retribusi, menggaji karyawan dan lain-lain keuntungan. Dan mungkin juga beliau sangat sadar dengan manfaat yang telah dirasakan oleh masyarakat dari merk-merk yang merajai pasar lokal tersebut. Terutama dengan program CSR yang jumlah dananya begitu wah dan mempesona, yang mudah mengucur.

Meski itu duit kita juga, tetapi kita lebih mudah membayar perusahaan bonafit untuk bersedekah. Daripada kita harus bersusah payah pergi ke pedalaman dan membawa sekantong uang receh untuk membangun sumur. Atau mengangkut satu truk semen untuk membantu pendirian pusat pendidikan, sekolah. Kita memang lebih suka bersedekah dengan rahasia, sih. Dan membiarkan perusahaan-perusahaan top itu menuai pujian karena sedekah kita. Sungguh mulia hati kita ini!

Ah, kita memang sedang 'baru' belajar. Masih minder dengan segala kebesaran merk-merk dunia. Tetapi untuk bergerak mengurangi beberapa persen saja dari belanja kita terhadap merk yang mapan tersebut. Dan kemudian mulai melirik merk lokal, bisa lah. Tidak mudah memang, tetapi juga tidak begitu sulit. Kita sebut saja ini gerakan sadar diri, dan gerakan cerdas untuk membantu kaum buruh. Yang sedang membutuhkan dana untuk menutup tagihan kartu kreditnya. Atau yang lebih tepat membantu para enterpreneur yang sedang keranjingan traveling ke luar negeri.

#Beemoslem
Dukung Produk Lokal
twimg.com

5 Komentar:

  1. Hemm.. Dari dulu hal semacam itu memang selalu jadi bahan perbincangan yang rumit ya mas.
    Mampit ke blogku juga ya.
    Kembangkol26.blogspot.com.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rumit dan melelahkan. Itu baru perdebatannya, belum aksi konkretnya. :-)

      Hapus
  2. Sebenernya, produk buatan anak bansa gk kalah sm produk luar negeri..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat! Sayangnya sering kali kalah dalam perang brand.

      Hapus
  3. enakan produk anak bangsa , yang jelas lebih murah dan pasti menunjang perekonomian dalam negeri

    BalasHapus