Smiley

3:33:00 PM
0
#Beemoslem Kita memang tidak sering mendengar kisah-kisah Nabawiyah. Sehingga ketika kita menemukan kisah yang tidak terduga, kita menjadi heran dan salah tingkah dalam memahami. Apakah pembaca juga sering mendapatkan posting lewat media sosial tentang perjuangan masa awal islam? Dan kemudian membaca sambil menganga karena merasa tidak percaya. Syukur jika kita kemudian dapat mengambil hikmah dari hal tersebut. Dan semoga kita dijauhkan dari keraguan dalam Islam.

Pingsan Karena Puasa
merdeka.com


Al Wahidi dalam kitab asbab al nuzul hal 12-13 pada bahasan surah Al Baqarah ayat 187 memuat kisah yang jarang terdengar di mimbar ramadhan. Penulis harus mengakui baru kali ini juga sampai mempelajarinya. Kita sama-sama masih dalam tahap belajar level beginner. Hmmm ... Betapa dalam Islam ini. Hingga terluput kisah penuh hikmah tentang syariat puasa, di masa awal-awal Islam.

Syariat Shiyam turun pertama kali pada tahun ke dua hijriyah (baca: Ramadhan dan Identitas Islam). Yaitu pada bulan sya'ban, yang setelahnya adalah Ramadhan. Tidak lebih dari sebulan persiapan yang dapat dilakukan oleh kaum muslimin untuk shiyam perdananya. Memang, pada masa awal Nabi  termasuk orang yang menyukai berpuasa. Sehingga beberapa sahabat pun juga mungkin mengikuti beliau . Sungguh tidak terbayang praktek ritual puasa pada masa awal tersebut, karena kita fahami cara berpuasa seperti yang sudah pernah kita laksanakan saja.

Dalam kitab tersebut Al Wahidi meriwayatkan dari banyak hadits yang senada, ternyata puasa di awal perintah begitu berat. Sehingga ada seorang sahabat yang pingsan di tengah hari. Penulis belum menemukan, apakah pada saat perang badr kubra syariat shiyam masih sama. Pada awalnya, berpuasa dilarang makan-minum-jima' sedetik setelah berbuka, jika kita tertidur. Misalnya, karena terlalu capek dalam bekerja seharian mungkin saja kita tertidur sewaktu menunggu bedug berbuka. Maka seorang muslim yang shiyam Ramadhan harus melanjutkan puasanya hingga waktu berbuka esok hari.

Wah, bisa dibayangkan, bukan. Jika seandainya saat ini syariat diukur dari tidur yang dilakukan sesudah berbuka. Bisa-bisa kita semua ramai-ramai untuk begadang demi menjaga waktu 'baik' itu. Demi memperpendek waktu puasa kita. Tentu akan berantakan waktu kita di siang harinya, jika demikian.
Narrated by Bukhari from ‘Ubayd Allah ibn Musa from Isra’il. Al-Hasan ibn Muhammad al-Farisi informed us> Muhammad ibn al-Fadl> Ahmad ibn Muhammad ibn al-Hasan al-Hafiz> Muhammad ibn Yahya> Hisham ibn ‘Ammar> Yahya ibn Hamzah> Ishaq ibn Abi Farwah> al-Zuhri> al-Qasim ibn Muhammad who said: “At the beginning of the prescription of fasting, one used to fast from the night to the following night. Once one went to sleep, one could not touch one’s wife or eat or sleep. That is until ‘Umar went to his wife and seeing that he wanted to sleep with her, she told him that she had slept. ‘Umar slept with her anyhow. Sirma ibn Anas also was fasting and slept before he broke his fast—that is because once they slept they could not eat or drink — and had, therefore to fast until the following day. Fasting was so hard on them that it nearly killed them, and so Allah, glorified and exalted is He, sent down this dispensation and revealed (and He hath turned in mercy toward you and relieved you…)”.
Dari narasi hadits di atas saja dapat kita mengerti bahwa sangat mungkin banyak sahabat yang berpuasa sampai dua hari berturut-turut. Terutama jika terjadi pada masa sulit, atau lelahnya pekerjaan pada masa itu. Memang jika larangan tersebut berlaku hingga sekarang, masih akan jauh lebih ringan dari masa Nabi . Lha, jaman sekarang pun shiyam sudah jauh lebih mudah daripada zaman tahun 1990-an. Generasi yang masih merasakan pahitnya kehidupan hemat listrik, hehehe.

Ah, padahal saat belajar mengkaji Islam, kadang timbul hasad dalam hati. Mengapa mereka yang terpilih sebagai generasi awal, bukan kita. Seandainya kita berada pada zaman Nabi  pun adalah kesempatan kita bisa sehebat para sahabat. Yang dididik langsung oleh pribadi paling mulia . Sifat iri yang bisa tiba-tiba datang entah dari kanan-kiri-depan-belakang kita, dihembuskan oleh syaithan. Mudah sekali terbesit perasaan dengki atas kemuliaan generasi awal. Hingga kemudian kita berandai, mengalami masa awal. Bahkan kita terbawa pemikiran orientalis untuk menyangsikan mereka. Allahu a'lam.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَنِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإَيمَـنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ 

0 Komentar:

Posting Komentar