Smiley

1:11:00 PM
0
Saat Iblis mengumumkan wilayah kekuasaanya kepada manusia di hadapan Allah, empat penjuru diberikan. Kecuali dua arah yang tidak diridhai oleh Allah untuknya, yaitu atas dan bawah. Dan dari empat arah ini saja kita sebagai manusia telah kocar-kacir dalam setiap perang. Senjata pemusnah massal yang dimiliki Iblis, Riya' dan Ujub, banyak menuai korban. Terutama kita yang masih dalam tahap awal belajar. Ketika kita sedang begitu sengan dengan beramal. Jika tidak bisa disebut senjata radioaktif, maka dua hal tersebut adalah merupakan senjata rahasia Iblis yang super canggih.

Senjata Iblis
slideshare.net
Dalam sebuah hadits yang panjang, yang telah masyhur disampaikan oleh muhaddits, karena riya' seorang muslim hadir dalam barisan pertama yang dilempar ke dalam api neraka. Kita masih ingat, tentang siksa neraka yang paling ringan, bukan (baca: Melancong ke Negara Api). Ustadz Syafiq Basalamah dalam banyak kajiannya menyebut orang-orang yang pertama merasakan api neraka tersebut sebagai koreknya neraka. Untuk menggambarkan betapa neraka menjadi semakin panas setelah mereka dimasukkan ke dalamnya.

Dalam hadist tersebut (Al Jihad 4900, Muslim) amal yang mereka lakukan bukanlah amal yang biasa-biasa saja seperti apa yang mungkin dapat kita amalkan. Tetapi mereka adalah ahli jihad dalam perang, ahli ilmu, dan ahli sedekah. Semuanya butuh perjuangan jiwa dan raga untuk dapat mengamalkan. Apatah lagi amal kecil kita sehari-hari, maka pantas jika kita sebut sebagai senjata pemusnah massal. Perkara yang sangat tersembunyi dalam hati namun dapat menghancurkan usaha keras kita dengan mudah.

Maka wajar jika dalam dzikir ma'tsurat dilanggengkan sunnah membaca doa sebagai penangkalnya. Allahumma inna na'udzubika min an nusyrika bika syaian na'lamuhu wa nastaghfiruka lima laa na'lamuhu. Karena memang akan sangat halus masuk ke dalam hati kita, hingga kadang tidak mampu kita sadari. Terutama ujub yang berbicara tentang suatu fadhilah amal yang kita lakukan, ketika kita pada awalnya telah ikhlas. Telah kita niatkan untuk Allah semata.

Dalam sebuah tulisan kecil yang disarikan dari kitab Majmu' al Fatawa (10/277) dua hal ini menyelisihi apa yang selalu kita ulang dalam shalat kita. Kita selalu berikrar hanya menyembah kepada Allah, namun terserang riya' atas apa yang kita akan dan sedang amalkan. Kita selalu ber'azzam hanya meminta kepada Allah, namun melebihkan amalan kita atas nikmatnya. Terombang-ambing di antara jangkauan senjata pemusnah massal, di antara dua jalan yang telah dikuasai syaithan.

Ketika kita mengusahakan agar ikhlas dengan menyendiri untuk beribadah, maka kita jauh dari riya'. Namun segera saja ketika apa yang kita minta kepada Allah tidak menjadi kabul, kita sanggah dengan amal kita. Kita bawa sebagai pembanding dengan kawan sejalan yang tidak lebih baik dari kita. Padahal, sangat mungkin kawan kita juga sedang menyembunyikan amalnya. Jika di belakang kita terpasang roket-roket riya' super canggih, bukan berarti di depan kita telah bebas dari missil dengan pendeteksi panasa, ujub. Dua senjata yang bukan sepele disiapkan oleh iblis dan kesatuannya untuk menyergap kita.

Belum lagi dengan ranjau-ranjau riya' dan ujub di kanan-kiri kita. Ranjau paling dahsyat dari sekedar peledak tanpa kendali. Tidak aman jalan kita dari jeratan yang rahasia ini. Maka sangatlah urgent bagi kita untuk selalu bermohon pertolongan darinya. Barangsiapa yang faham dengan jalan yang telah dikuasai bala tentara iblis itu akan terlihat tawadlu' dan jauh dari perselisihan dengan sesamanya. Karena kesadaran tingkat tinggi dari dalam dirinya sendiri, mereka selalu mengaktifkan radar agar selamat. Allahu a'lam.

Riya' Danger
 


0 Komentar:

Posting Komentar