Smiley

3:03:00 PM
0
Setidaknya ada tiga orang Imam hadits terkemuka yang meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallhu 'anhu. Tentang kisah Musa 'alaihissalam yang marah kepada Malaikat Maut, kemudian menampar dan mencederai matanya. Malaikat Maut yang diutus Allah  dalam rupa dan jasad manusia tersebut tidak sungkan, atau mungkin tanpa unggah-ungguh di hadapan Nabi Musa 'alaihissalam. Sangat tegas menyampaikan panggilan Allah , sebagaimana kisah Malaikat Maut dalam kisah Malaikat Juga Tahu. Yang berhasil mengumpulkan anasir Nabi Adam 'alaihissalam dari Bumi yang berlindung kepada Allah .

Temperamen Nabi Musa 'alaihissalam dan ketegasan Malaikat Maut, dapat dibayangkan ketika dua sifat ini bertemu. Bisa dibayangkan apa yang terjadi. Banyak penjelasan dari para Ulama' yang mengabarkan tentang perintah Allah  yang selalu menyakan kepada para Nabi jawaban dari dua pilihan. Dan Malaikat Maut yang memang selalu patuh kepada Allah  tidak sempat menyampaikan itu kepada Nabi Musa 'alaihissalam. Dan kembali kepada Allah  melaporkan perlakuan yang diterima dari Nabi Musa 'alaihissalam.

"أَجِبْ رَبَّكَ" dalam riwayat Imam Ahmad perkataan ini yang sempat disampaikan kepada Musa 'alaihissalam. Kemudian Allah  mengutusnya kembali kepada Musa 'alihissalam dengan menyampaikan penawaran, sisa umur sebanyak hitungan bulu yang bisa disentuh Musa 'alaihissalam dengan telapak tangan. Dengan dalih kisah ini, atau mungkin juga karena angan-angan manusia jua, kita sering berhayal dapat menghindar dari Malaikat Maut. Seperti para Nabi yang diutamakan dari segala manusia oleh Allah . Contoh dari imajinasi manusia tersebut dapat kita jumpai di mana saja.



Mungkin, kita juga pernah terlintas angan yang sama. Atau pernah bercanda agar kawan-kawan cangkruk tertawa terbahak-bahak dengan cerita yang kita perdengarkan. Kita harus sering-sering mengingat kisah Musa 'alaihissalam dengan Sang Pencabut Nyawa. Ketika Musa 'alaihissalam telah menguasai dirinya, dan mendengar penawaran dari Allah ﷻ maka beliau meminta yang lebih dekat. Mengiyakan panggilan Allah  daripada sisa umur yang dapat belaiu sentuh. Seperti juga Nabi  yang memilih rafiq al a'la yang dekat kepada Allah .

Nah kita yang cinta dunia ini, apalah jawaban lain selain pilihan kedua. Tetap hidup dan menikmati dunia, sebagaimana watak yang telah disampaikan Allah  dalam banyak ayat Al Qur'an. Maka tidak juga ajal itu dipercepat atau diundurkan bagi kita. Tidak lebih dahulu sesuai permintaan kita, sehingga bunuh diri adalah dosa. Tidak juga dapat ditunda, sehingga kita bisa beramal lebih banyak. Alasan klasik untuk mengurungkan niat berbuat baik dalam jalan Allah , merasa ajal masih panjang. Satu hal yang harus dikhawatirkan oleh manusia, namun selalu kita remehkan. Kita boleh selalu berjiwa muda, tetapi bukan berarti kematian membedakan tua dan muda.

0 Komentar:

Posting Komentar