#GiveAwayLebaran |
Komite Umat (komat) untuk Tolikara lebih jauh menyebutkan dalam 7 poin pernyataan sikap, poin kedua, untuk terus aktif menyalurkan bantuan melalui lembaga umat semisal baznas. Memberikan contoh untuk tetap fokus dalam pemulihan korban kekerasan, agar keadaan yang kondusif segera terwujud. Dan tidak mengotori hati dengan kebencian yang berlebihan terhadap kelompok tertentu. Lebih baik bagi kita umat muslim, memanfaatkan momentum Hari Raya Idul Fitri sebagai jembatan damai yang luas.
www.tempo.co |
Mungkin saat ini kita sebagai Muslim sedang memegang kartu truf kebenaran, berhak untuk membalas. Tetapi balasan kekerasan hanya akan menjadi bagian dari rencana para aktor intelektual dalam serangan Tolikara tersebut. Dengan segala kebesaran hati, umat muslim harus menahan diri. Sebagaimana saat ini telah dicontohkan oleh aparat TNI yang bahu membahu bersama masyarakat untuk membangun kembali masjid dan bangunan penting lainnya.
Bersikap lebih dingin sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi ﷺ dalam peristiwa fathu makkah, “Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangankan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?” Sedangkan Nabi ﷺ dan pasukan muslim telah berada di atas angin, dan mampu menghinakan penduduk makkah yang telah mengusir Nabi ﷺ dari kota yang paling dicintai oleh Allah dan NabiNya tersebut.
Pancaran sikap rahmah Nabi ﷺ tercermin dari jawaban penduduk makkah setelah mendengar sabda Nabi ﷺ, “Yang baik-baik, sebagai saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia.” Rasul ﷺ bahkan menukil kisah Nabi Yusuf AS kepada penduduk makkah, yang memberikan pengampunan kepada saudaranya yang telah menelantarkan Nabi Yusuf AS di tengah oasis yang sepi. Memberikan pengampunan dan pembebasan kepada penduduk makkah, itu juga yang dilakukan oleh Nabi ﷺ.
Dengan segala kegagahan dan keunggulan pasukan muslim saat itu, yang dikumandangkan oleh Nabi ﷺ hanyalah, “Siapa yang masuk masjid maka dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman.” Jauh dari kekerasan yang tidak perlu, dan lebih fokus dalam mewujudkan penegakan hukum yang baik. Sungguh, akan ada banyak hikmah bagi Islam di Papua dalam peristiwa ini.
Segala ujian terhadap umat muslim selama ini memang telah menumpuk. Dan menjadikan peristiwa Tolikara ini pemantik yang paling nyata untuk membalas. Tetapi bukankah kita senang jika Allah mengampuni kita?! Seandainya pun telah jelas kebencian mereka, sesungguhnya mereka adalah orang yang tidak tahu. Sehingga balasan yang paling baik bagi mereka adalah maaf. Allahu a'lam.
Artikel ini diikutsertakan dalam #GiveAwayLebaran yang disponsori oleh Saqina.com, Mukena Katun Jepang Nanida,Benoa Kreati, Sanderm, Dhofaro, dan Minikinizz
0 Komentar:
Posting Komentar