quran.com |
Imam Ahmad meriwayatkan dari Zuhrah ibn Ma'bad dari kakeknya, dalam sebuah majelis sahabat Umar RA mengatakan kepada Nabi ﷺ tentang nilai cintanya. "Demi Allah. Engkau, Ya Rasul ﷺ, lebih Aku cintai dari apapun kecuali diriku." Namun sungguh, Nabi ﷺ tidak menjawab kecuali dengan perkataan yang mengisyaratkan tafsir firman Allah dalam surah at Taubah tersebut.
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِه
Lalu apakah kita telah beriman selama ini? Karena memang kita tidak pernah mencintai apapun melebihi dari diri kita sendiri. Atau dari keluarga kita, atau dari harta kita. Betapa lemah iman kita, yang selama ini kita perjuangkan siang dan malam. Rasanya, tidak ada harganya iman kita. Begitu lemahnya apa yang ada dalam dada.
Dalam riwayat lain dari sahabat Umar RA, Allah menjanjikan kesengsaraan yang tidak akan dihilangkan hingga kita kembali kepada Allah semata. Kembali kepada dien, sehingga wajar jika kita sering mendapat musibah. Dan kemudian hanya kepadaNya kita meneteskan air mata, memohon. Bertawassul kepada Nabi ﷺ agar do'a kita terkabul. Jelas dan terbukti, bahwa semua musibah yang mendatangi kita, adalah karena kesalahan kita sendiri. Allah tidak akan ditanya tentang diriNya.
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ بِأَذْنَابِ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُم
Mungkin kita dapat mengucapkan bahwa kita cinta kepada Rasul ﷺ dengan lisan kita. Dengan senantiasa memperbanyak shalawat kepada Nabi ﷺ. Dan mungkin hanya itu yang bisa menjadi nyata dari iman kita. Saya pernah mendengar dalam sebuah kajian, do'a yang telah diajarkan oleh Nabi ﷺ untuk memohon rasa cinta kepada Allah. Mengingat posisi kita yang berada dalam selemah-lemah iman, tinggal do'a yang bisa kita panjatkan. Sungguh, ini tetap yang terbaik yang dilakukan oleh seorang hamba yang berusaha.
Yaa sayyidii.. yaa rosuulalloh
BalasHapus