rmbiografi.com |
Dalam sebuah tulisan yang menarik, dapat kita sarika tiga hal yang selalu timbul bersama hati. Sedih, resah, dan cemas. Mewakili kehidupan manusia, dalam terjemah Quran Abdullah Yusuf Ali dapat ditemukan dalam surah Yunus, simbol waktu dalam lafadz Alif-Lam-Mim. Hakikat kehidupan manusia juga disebutkan berrada dalam Lam (dan Ra). Bahkan karena seringnya kita temui kombinasi Lam-Ra, yang secara makhrajnya dalam satu tempat, di langit-langit mulut. Keluar dari tempat yang sama dalam mulut, sehingga kita dapat menemukan keunikan pada orang jepang-tionghoa, yang dominan pada salah satu (Lam/Ra saja).
Jika Alif melambangkan Masa Lalu, yang kita telah berhenti menjangkaunya. Sejauh pandangan mata yang tidak berhenti karena tertutup awan, jauh sekali. Meski hanya satu detik yang lalu, kita tidak pernah benar-benar dapat mengulangnya. Dan Lam-Ra melambangkan Masa Sekarang. Yang kita hidup untuk memetik hasilnya di masa depan atau kita petik sekarang. Kehidupan yang sebenarnya bagi manusia, sebagai khalifah. Kekhususan hanya untuk manusia dan jin. Maka Mim adalah lambang Akhirat yang penuh rahasia. Hanya Allah yang mengetahui.
Jika Alif, Lam-Ra, dan Mim adalah isyarat dari Allah tentang waktu, maka kita berhak untuk memohon pertolongan kepadaNya. Bahkan lebih dari itu. Dzat yang menguasai hati, kepadaNya kita selalu bermohon agar dijauhkan dari hal yang dibenci oleh hati, Sedih-Resah-Cemas. Sedang Nabi ﷺ telah memberikan wasiat yang mulia. Berhati-hatilah terhadap jalan yang syaithan dapat menumpang kepadanya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Dari Abu Hurairah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, namun pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Apabila sesuatu menimpamu janganlah berkata, ‘Seandainya dahulu aku berbuat demikian niscaya akan begini dan begitu.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Itulah ketetapan Allah dan terserah Allah apa yang Dia inginkan, tentu Dia kerjakan.’ Dikarenakan ucapan ’seandainya’ itu akan membuka celah perbuatan setan.’” (HR. Muslim: 2664)
0 Komentar:
Posting Komentar