Smiley

9:30:00 PM
0
Khatib menyinggung kembali lailatul qadar setelah naik mimbar. Mengingatkan posisi kita yang sedang dalam malam-malam sepuluh akhir Ramadhan. Seperti inilah malam menurut beliau, meskipun di belahan bumi lain masih siang, atau lebih dahulu siang. Malam yang keberkahannya seperti seribu bulan. Menyitir kembali berita turunnya quran di malam Ramadhan, diturunkan oleh Allah sekaligus dari lauhul mahfudz ke baitul izzah dalam satu malam. Menandai telah sempurnanya quran sejak diturunkan.

Lailatul Qadr

Ust. Anas Adnan mengajak jamaah untuk mengkaji malam nuzulul quran, yang pada proses ini firman Allah diturunkan kepada Nabi ﷺ. Yang dikabarkan oleh Allah pertama kali turun secara bertahap dengan isyarat peperangan yang terjadi pada bulan Ramadhan. Pertama kali diwahyukan kepada Nabi ﷺ di jabal nur, ketika beliau menyendiri di gelapnya gua hira'.

Allah sendiri yang memberikan tanda bahwa Quran diturunkan ke dalam kalbu Nabi ﷺ. Dalam bahasa yang dimengerti oleh Rasul ﷺ dan kaumnya. Allah memilih bahasa Arab yang telah ditutur sejak 200 tahun sebelum wahyu pertama turun, sehingga begitu sampai kepada Nabi ﷺ langsung dapat difahami. Juga dapat difahami oleh kaum yang kepadanya Nabi ﷺ pertama kali diutus.

Sejarah mencatat hikmah dalam turunnya Quran, yang oleh Jibril 'alaihissalam dipeluknya Nabi ﷺ untuk membaca. Meskipun tidak tersembunyi kenyataan bahwa Nabi ﷺ adalah ummi. Di dalam gua yang tidak ada selembar kertas yang dibawa oleh Jibril 'alaihissalam. Hal ini digambarkan oleh Ust. Anas sebagai gembiranya Jibril 'alaihissalam bertemu dengan Nabi ﷺ, sehingga dirangkunya sampai sesak, sebanyak tiga kali.

Begitulah, wahyu turun kepada Nabi ﷺ, dibacakan oleh Jibril 'alaihissalam. Kemudian diikuti oleh Nabi ﷺ, dengan tartil bacaan seperti yang dicontohkan oleh Jibril 'alaihissalam. Isyarat bahwa wahyu quran bukanlan tulisan yang turun, sehingga kemudian kita terpaku kepada bentuk tulisan yang ada saat ini. Tetapi kepada bacaan yang riwayatnya sampai kepada kita dari jalur sahabat radhiyallahu 'anhu yang mulia. Bukan kemudian melantunkan dengan langgam jawa yang tidak jelas arahan tartilnya, tajwidnya.

Mengenang kembali nuzulul quran, Allah mengabadikan keberkahannya dalam tiap Ramadhan. Malam-malam terakhir yang diberkahi hingga fajar. Lailatul qadar yang selalu kita harap sampai kepada kita. Dengan susah payah dalam ubudiah, dipaksa maupun senang hati. Kita memang tidak sedang memperingati turunnya wahyu yang pertama. Namun, kita sedang menikmati keberkahan malam yang dikaruniakan Allah sebagai pengingat sekaligus rahasia yang tersembunyi. Allahu a'lam.


0 Komentar:

Posting Komentar