insantravel.com |
Khadijah radhiyallahu'anha sendiri atas berita yang dialami Nabi ﷺ juga memasrahkan kepada Allah. Seolah juga terang indikasi bahwa kehidupan dalam keluarga ini sangat dekat dengan ajaran Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Ummul mu'minin berani memberikan garansi kepada beliau ﷺ karena faham dengan track record selama mereka berumah tangga. Dikatakan oleh ummul mu'minin, bahwa Muhammad ﷺ adalah seorang yang suka menyambung kekerabatan, merasa butuh untuk menolong orang yang kesusahan, suka memuliakan tamu, dan serta ringan tangan meski di masa-masa sulit.
Belum lagi gambaran ketika waraqah merasa harus memberikan penekanan kepada beliau ﷺ bahwa apa yang datang itu adalah haq. Dengan berseru, " ...يا ليتنى فيها جَذَعاً..," karena memang waraqah telah tua dan berpandangan kabur (buta). Berharap seandainya dirinya masih muda ketika Muhammad ﷺ telah diangkat menjadi rasul. Waraqah sendiri seorang nasrani yang mampu dalam literasi arab-ibrani. Sedalam pengetahuannya menerangkan bahwa yang datang adalah namus bukan jasus. Utusan Allah yang telah diakui oleh kaum Yahudi dan juga telah diimaninya akan mengajarkan apa yang tidak sampai kepada bani israil.
Al Wahidi dalam Asbab al Nuzul juga menjelaskan panjang lebar dalam penjelasannya tentang wahyu paling awal tersebut. Dalam konteks kekuatan riwayat yang sampai kepada kita, beliau menyimpulkan bahwa pendapat ini yang paling benar. Demikian juga telah menjadi pendapat yang ada pada jumhur 'ulama selama ini. Kebenaran dari wahyu yang dikatakan para orientalis sebagai kecacatan adalah pendapat yang tercecer, dari pemilihan hadits yang sesuai dengan keinginan mereka. Untuk menguatkan pendapat mereka bahwa tidak ada wahyu, yang ada adalah kalimat Muhammad (ﷺ). Allahu a'lam.
0 Komentar:
Posting Komentar