Kita telah dilupakan dengan apa yang telah kita kerjakan, tentang hakikat pekerjaan itu sendiri. Lupa tidak dengan tangan, dari mana ia dapatkan. Dari mana kaki, yang tidak ternilai itu telah ada sejak kita lahir. Hidup telah mengajarkan kita untuk melupakan, terhadap hal yang tersembunyi. Dan apalagi ikhlas hati, tentang kemurahan Allah yang menyuplai oksigen tanpa batas. Tanpa mengeluarkan uang sepeserpun untuk tabung-tabung pernafasan yang di apotik harganya sekitar 25 ribu rupiah.
Tidak banyak yang ada dalam daftar sahabat Nabi ﷺ yang termasuk orang berpunya. Bahkan mertua beliau, Ibn Abi Quhafah radhiyallahu'anhu bangkrut setelah masa kenabian. Menyedekahkan semua kekayaannya untuk Islam. Dan Al Faruq pun terkenal dengan gamis tambalannya, meski terekam sebagai sahabat yang pernah menyerahkan separuh hartanya. Namun Nabi ﷺ mengajarkan bahwa justru yang mereka berikan itulah harta yang hakikatnya dimiliki.
Sebagaimana kita dapati dalam kisah daging sembelihan di rumah Aisyah radhiyallhu'anha, "daging itu sudah habis Ya Rasul ﷺ. Kecuali tinggal sepotong ini (sampil kambing, pen.)." Dengan tegas justru Nabi mengatakan bahwa, keberuntungan bagi Aisyah radhiyallahu'anha karena sepotong yang tersisa itulah yang habis. Habis karena dimakan, namun yang disedekahkan akan tetap ada.
#Beemoslem ayobuka.com |
Bahkan Nabi ﷺ dalam perang khandaq mengganjal perut karena alpanya bahan makanan selama proses pengepungan musuh. Perang yang sangat berat itu dilalui dengan para sahabat yang juga dalam keadaan lapar. Sebagai bagian dari derita yang menjadi ujian Allah. "Kalian adalah generasi yang akan menguasai romawi," demikian visi Nabi ﷺ yang ditanamkan selama perang tersebut. Yang menjadi bahan tertawaan musuh pada masa itu.
Keistimewaan yang hanya dibawa oleh Nabi ﷺ sebagai raja, segagah kekuasaan Nabi Sulaiman 'alaihissalam. Namun juga menjadi pribadi yang penuh hikmah, mewarisi milah Nabi Ibrahim 'alaihissalam dalam keilahian. Dan dalam perjuangannya, lebih memilih untuk hidup dalam kekurangan seperti Nabi Ayyub 'alaihissalam. Gus Baha' menceritakan pembahasan pribadi kere aktif para sahabat dalam kajian tafsir jalalain surah Al Isra' ayat 100 hingga selesai.
Syariat yang dibawa oleh Nabi ﷺ dalam masalah zuhud berbeda dengan apa yang menjadi jalan Nabi Ayyub 'alaihissalam. Umat muslim, meskipun dalam kondisi faqir tidak menjadi bagian yang lemah di tengah-tengah masyarakatnya. Dituntut untuk menjadi pribadi yang kreatif seperti tauladan para sahabat. Dengan kemiskinan, sahabat justru meminta kepada Nabi ﷺ tips untuk mengalahkan sahabat yang berpunya dengan sedekahnya. Sehingga turun sampai kita apa makna sadaqah, yang bahkan faqir pun dapat mengamalkan.
Maka, selama perjuangan Nabi ﷺ tidak pernah para sahabat menjadi bagian yang memberatkan umat. Cenderung menjalani fase kefakiran demi Islam, dalam generasi awal yang dekat dengan Nabi ﷺ. Sehingga selama khulafa rasyid Islam telah meruntuhkan dua kekuasaan besar yang mengancam Islam. Demi sebuah visi, "apakah kita rela anak keturunan kita menjadi generasi kafir?!" Dan jihad adalah satu-satunya pilihan bagi para sahabat masa itu, meskipun mereka adalah kaum yang sandalnya tidak mampu melindungi dari panasnya padang pasir. Allahu a'lam.
0 Komentar:
Posting Komentar