gizmag.com |
Tetapi, dengan teknologi telekomunikasi, mudah saja berkirim kabar dengan orang yang di tempat jauh. Meskipun yang bisa kita rasakan hanyalah suaranya. Kemudian perkembangan yang lebih mutakhir, kita sudah mampu melihat wajah atau lebih. Pada sebuah layar kecil, ataupun yang lebih lebar berkat banyak aplikasi online.
Apakah mungkin kita berkirim kabar dengan orang yang telah mati? Hmm, ini sebuah guyon yang mungkin sering kita dengar. "Nanti jangan lupa kirim sms, kabar di sana seperti apa?" sebagai perkara remeh terhadap kematian. "Kuburkan HP jika Saya mati, kalau tidak bisa menjawab pertanyaan Munkar-Nakir biar bisa call a friend." Beginilah kita sering bercanda, terhadap perkara yang jauh.
Sayang kita tidak pernah mengingat masa yang telah lalu. Tentang bagaimana orang-orang yang dahulu mungkin meminta warisnya menyertakan contekan di dalam kafan. Agar dapat menjawab pertanyaan malaikat kubur. Sederhana, sih. Tetapi apakah itu dapat membantu sesuai sangkaan kita? Sehingga kemudian kita berpikir dengan teknologi HP, kita bisa skype dengan Si Mayit untuk membantu menjawab soal jawab anak TK tersebut.
Ya, mungkin tiga pertanyaan yang sudah sering kita dengar itu mudah saja dijawab oleh anak-anak TK. Kemudian kita berpikir untuk merekamnya, dan menyertakan ke liang kubur. Sehingga kita akan ingat, terhadap kealpaan selama di dunia. Sebenarnya ada teknologi untuk mengingat tiga pertanyaan sederhana tersebut. Ya, ada. Teknologi rekayasa yang digunakan dalam keikhlasan untuk amal jariyah. Setidaknya akan membantu, sedikit atau mungkin sangat banyak. Karena memang belum pernah ada yang bangun setelah terkubur bertahun-tahun, dan memberi kabar.
hemss "teknologi" seperti itu yang harusny dicari untuk bekal persiapan di tanya sejumlah pertanyaan oleh mungkar nangkir di sana
BalasHapusYup, apalagi jika "teknologi" itu dimanfaatkan oleh jutaan orang.
BalasHapus