Ketujuhbelashari, Waktu Tambahan
Sudah sampai pada hari yang ditentukan, namun ternyata misi gagal sesuai feeling (atau kesengajaan). Aku merajuk dan mengatakan perlu tambahan hari untuk perbaikan, bagaimana ini? Yah, hari yang belum sukses setelah kembali dalam kerumunan manusia. Apakah beberapa waktu yang lampau, saat banyak waktu yang terbuang karena hampa dalam misi, pada dasarnya sama saja? Atau bisa dikatakan belum ada misi yang jelas. Sedangkan syarat bahwa misi yang akan dilalui sejalan dengan visi itulah yang ideal.
Memang, kesimpulan ini tidak menyenangkan. Berarti apa yang Aku lakukan tidak berjiwa. Sehingga terjadi penurunan yang signifikan, karena memang sudah berada pada titik udzur. Secara umur sudah tidak waktunya berada di sana, hehehe. Namun juga perlu diakui, cukup lah perjalanan kemaren sebagai penghibur hati. Menghirup udara di luar padepokan. Melihat perubahan anak muda generasi sekarang, yang memanjakan mata namun secara bersamaan terasa miris. Banyak kotak amal (celengan, red).
Ekstensi untuk misi yang gagal ini sebanyak tiga hari, begitu yang Aku minta. Aduh, sungguh telah lengkap dua puluh hari. Anggap saja itu sebagai angka seksi. Semua sudah ada jawaban, pada dasarnya. Tetapi gagal dalam konsistensi karena ujian - ujian di lapangan. Jadi bukan dengan alasan capek, kan?! Karena jika dimasukkan alasan itu, tentu sudah selesai tujuh belas hari itu. Ah, alasan selalu benar bagi orang yang kekurangan hujjah.
Itulah resiko perbaikan, seperti keputusan seorang murid sebuah perguruan silat yang turun gunung. Ujian dari alam yang sesungguhnya. Boleh jadi akan aman jika mereka berdiam diri di hutan. Keputusan yang Aku pilih ini untuk tahu seberapa tua telah berjalan dalam rantai awal. Jadi bisa menjadi keputuan yang bijak untuk kembali kepada siklus awal lagi, berani. Toh, akal pikiran kita tidak pernah tua untuk memulai lagi. Hanya kemalasan yang semakin bertambah tua.
End.
0 Komentar:
Posting Komentar