Pak Yaseri (alm) adalah tetangga belakang rumah di desa dulu. Beliau pernah bercerita tentang masa kecilnya, tentang bagaimana beliau mampu memotong cikal atau pohon kelapa yang belum menghasilkan buah. Beliau hanya menggunakan sebatang pisau dapur yang disembunyikan dari simbok beliau.
Pohon kelapa sendiri, meskipun masih cikal sudah keras batang tubuhnya. Bagaimana beliau bisa merobohkannya dengan hanya menggunakan pisau dapur? Ya, tentu tidak dalam satu hari. Setelah pulang sekolah beliau mengasah pisau tersebut sampai tajam, dan mulai memotong. Beliau melakukan hal ini hampir setiap hari seusai pulang sekolah. Tanpa ada yang tahu, entah bagaimana caranya beliau menjaga rahasia terbesarnya.
Hasilnya, entah kapan beliau tidak menghitung berapa hari, roboh juga pohon itu. Bahkan beliau sampai berlari sembunyi karena takut diketahui oleh orang lain.
Kisah di atas berkaitan sekali dengan keadaanku saat ini. Tapi sayang dengan kebalikan, karena beliau yakin dengan hanya sebatang pisau. Sedangkan aku, sudah tahu ilmunya tapi tidak yakin dapat melakukan. Banyak ilmu yang sudah dipelajari dan dikuasai, namun minim dalam keyakinan untuk mengamalkan.
Seperti misalnya, Allah itu satu semua makhluk asalnya tidak ada (fana) sehingga jelas sekali ke-Maha-an Allah. Sesuai rumus matematika 1 : 0 = tak hingga. Siapa yang meragukan rumus ini, kecuali orang yang belum tahu. Tetapi seolah - olah kita tidak mau percaya jika surga itu ada hanya karena tidak detail bentuk surga seperti apa di dalam Al Qur'an maupun Al Hadist. Bahkan kita sering meragukan Syari'at hanya karena kita belum tahu hikmahnya. Meskipun telah terjadi kisahnya, ketika dahulu, mereka disambar petir karena meminta kepada Sang Nabi untuk melihat melihat Allah secara nyata.Hidup di zaman ini, kita menjadi manusia yang inderawi. Mengabaikan pandangan hati yang semakin mengabur, oleh nikmat yang hanya senda gurau belaka. Semakin gamang.
Allahu a'lam. Indera kita yang terbatas menjadi ukuran keyakinan kita.
End.
0 Komentar:
Posting Komentar