Semalam, mengantar kawan ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, pergi ke Balikpapan. Cuma sampai pelabuhan maksudnya. Hehe... Alhamdulillah, dapat melihat gambaran satu keluarga seutuhnya. Ya, ketika Sang Kawan berpamitan pada keluarga kecilnya. Aku melihat semua seremoni cium pipi, dan salam keberangkatan. Perpisahan untuk sementara, yang seolah - olah besok tidak bertemu lagi. Melihat rasa berat hati melepas Sang Ayah di mata Si Kecil itu, yang diringankan oleh Sang Ibu dengan membelikan sticker model tatto yang bisa melekat di kulit. Lengkap.
Seperti melihat masa kecil, hmmm. Memutar waktu kembali, bagaimana dulu waktu kecil Aku sering juga membawa adik main. Agar Bapak bisa pergi kerja jauh, dan adik tidak menangis (nilapne, jawa). Ya, waktu itu Bapak masih sering pergi jauh. Keluarga lengkap, memang sudah cukup lama. Maret 1999, ketika Emak mengurangi kelengkapan itu. Pergi dengan berat hati.
Pemandangan luar biasa yang lain Aku temukan saat di Pelabuhan. Ada keluarga lengkap di sana, yang akan bepergian jauh. Aku tertarik pada dua anak kecil usia sekitar 4 - 5 tahunan. Laki dan perempuan. Ketika semua orang yang sedang antri terlihat suntuk dan bosan, mereka tampak mencolok. Menampilkan suka cita saat itu. Heboh dan usil. Khas anak kecil yang sedang giat bermain.
Mungkin ketika itu orang tua mereka sedang berpikir, ''mudah - mudahan selamat sampai tujuan.'' Atau mungkin sedang gelisah membayangkan ombak. Orang - orang mungkin sedang berpikir apa yang nanti dilakukan di kapal, di tengah lautan lebih dari satu hari satu malam itu. Yang lain sedang mengawasi barang bawaan dan dompet mereka. Atau waspada terhadap gerakan mata yang mengarah ke handphone mereka. Ada yang terus menerus berdo'a takut mati. Ada yang merasa seperti jagoan tertantang melihat ombak. Tetapi mereka, dua anak kecil laki perempuan itu, hanya sedang ingin bermain.
Ya, itulah saja. Kesenangan itu mereka yang mengendalikan. Jika tidak nyaman, mereka marah, menangis. Mereka tidak perduli tatapan orang yang terganggu. Tidak tahu perasaan malu yang hinggap di dalam pikiran orang tua mereka. Semua ekspresi dikeluarkan. Jahil dan ingin tahu, kesana kemari menyibukkan diri dengan bermain. Bermain lagi, lagi, sampai lelah dan waktu tidur tiba.
Mudah - mudah optimisme mereka menular padaku. Aku ingin mengendalikan waktu. Ah, jika berlebihan Aku cukup bahagia jika mampu mengendalikan Hati.
End.
0 Komentar:
Posting Komentar