Smiley

8:00:00 PM
0
Tiba-tiba saja koq sudah tanggal 30 Mei 2011, bener ndak ini kalender. Kemana habisnya? Padahal 30 hari itu lebih dari 500 jam. Tuing tuing....

Masih yakin, kalau kejadian itu baru lusa kemaren terjadi. Saat terjadi 'keberuntunan' yang mendadak. Membahagiakan juga, tentu. Seorang pemuda 'panggilan' seperti aku ini layak sombong lah. Panggilan tes kerja dari 4 perusahaan hari Senin, Selasa, Rabu, dan Jum'at. Tiga di antaranya berlokasi di Jakarta. Meskipun dengan segala perasaan tidak enak, berangkat juga aku ke Jakarta dengan moda Agro Anggrek. Sebenarnya berat dengan angka 305k, tapi mengingat hari tes yang berturutan, pasti capek jika harus naik kereta ekonomi/bisnis. Ragu, dan berat hati. Ah, tapi mungkin memang sudah saatnya ke Jakarta.

Pagi itu, setelah terpontang-panting mencoba cara baru untuk beli tiket pesawat online dan gagal, aku memutuskan langsung tancap pedal LAUX-ku forward-straight ke stasiun pasar turi. Biarpun sudah ketiga kalinya kayuh sepeda ke sana, tetap saja aku ambil lurus lewat jalan Kedungdoro menjauhi jalan Arjuna. Nyasar lagi, dan telat sadar aku harus ambil kiri di jalan Bubutan agar selamat tiba di jalan Semarang. Hadeh.... pegel. Segera setelah parkir langsung ke bagian reservasi. Soal panen keringat aku lap saja dengan punggung tangan, kibas-kibas di celana juga. Lebih cepet lebih lega, pikirku sambil memandangi LAUX sambil berlalu dari parkiran.

Rel Tegak

Yah, .... namanya rejeki memang ndak bakal kemana. Aduh, Mbak. Manis sekali mbak yang lagi tugas. "Mbak, tiket promo eksekutif ke Jakarta masih ada? Buat nanti malam." "Habis, Mas," sahutnya sambil memberi bonus tatapan dalem ala doe-eyed [bening mata kelinci]. Oh, "kalau biasa?" tanyaku balik. "Banyak, 310 untuk nanti malam," masih betah dengan tatapannya, sepertinya model marketing gaya baru. "OK, Mbak. Terima Kasih, saya balik lagi nanti." Hmm... bikin susah lupa tuh pandangan matanya, menggoda saja.

That's the story, kenapa aku bisa berangkat ke Jakarta dengan sumringah. Masih terbayang dan berangan ketemu mbak yang manis itu lagi. Setelah shalat Ashar, aku berangkat ke stasiun diantar kawan bonceng motor bravo kecepatan standard. Berharap mbak yang pagi tadi masih bertugas sampai sore, kali ini dengan segudang rencana. Who knows, ada kesempatan untuk ber-prikitiewO EM JI, memang rejeki. Biarpun yang ini lain lagi petugasnya, tapi sumpah imut sekali, plus berkumis tipis. Aw, everything you propose ane beli, dah [Marketing strategy by PT KAI, succeeded]. Duh, leganya dapet tiket [plus segala bonus-bonusnya].

Keluar dari tempat reservasi masih pukul setengah lima, mampir dulu ke warung. Isi perut sambil menunggu adzan maghrib. Jadwal kereta masih lama, sekitar 3 jam lagi. Bingung juga mau bagaimana menghabiskan waktu. Ndak ada pilihan, setelah maghrib lanjut juga sabar di masjid sampai waktu isyak. Bersandar di dinding barisan belakang di dalam masjid. Yah, lumayan ada yang ajak ngobrol. Dari Semarang katanya, mau ke Banjarmasin. Rencana ke Tanjung Perak sejak siang, tapi apes dopet diembat orang, keluhnya. Kasihan juga, sih. Tetapi ini embong, sementara aku bersikap skeptif dulu saja. Lihat suasana, setiap kebaikan dan kebohongan toh tidak pernah tercampur sempurna.

Alhamdulillah, Shalat isya' sudah selesai. Segera masuk stasiun, tapi aku tidak melihat orang yang tadi. Hmm, kalau memang sedang kesusahan semoga mendapat jalan. Amin. Satu jam lagi untuk dihabiskan, pilihan hanya ada radio dari handphone untuk menghibur diri. Dinikmati saja sambil melamun.

***
Berangkat juga Si ular besi, waktu tidur dipercepat untuk malam ini. Mudah-mudahan bisa jadi tabungan dan tetap mengaktifkan mode skeptif, apapun bisa terjadi di jalan. Jakarta, 06:30am, kamar mandi, hanya sikat gigi dan cuci muka. Waktunya show time, dengan segala informasi yang telah kuserap dari Mbah Google yakin berangkat menuju harmoni, moda busway. Masih sepi, rejeki yang berangkat pagi. Setelah sampai di halte harmoni aku langsung ambil jurusan grogol. Tak menyangka juga, hanya kira-kira 15 menit sudah sampai halte grogol. Karena agak ragu, terpaksa aku berhenti di halte sesudahnya. Sehingga harus turun naik jembatan penyeberangan untuk beli karcis tujuan akhir Pluit, tentunya setelah memastikan pada petugas. Pagi itu optimis sampai jam 08:00 di tempat tes [baru ingat, aku lupa jam berapa undangan tes-nya, duh lugunya].

Setelah berputar-putar sambil bertanya-tanya bingung, akhirnya sampai juga di tempat tes. PT Lelly Metropolitan dekat lapangan futsal, Penjaringan Pluit 09:30am. Bukan ketemu dengan usaha sendiri, sih. Aku ambil hint dengan menelepon ke kantor dan minta panduan GPS. Sukses, setelah turun di halte Penjaringan, harus jalan menjauhi junction. Lumayan buat saving waktu. Masih dengan keringat yang berlimpah, aku diminta masuk ke sebuah ruangan, "koq pagi sekali. Kan undangannya jam sepuluh?" dung!!! "Maaf, Pak. Saya tadi langsung dari Surabaya turun Gambir," balasku dengan jurus membela diri. Lebih baik kita skip sajalah apa yang terjadi selanjutnya. Badan sudah lelah, pikiran hanya terbayang kasur setengah empuk di kost. Hari itu, tes kerja berlangsung biasa. Mungkin memang salah keputusan untuk skip tes hari selasa kemaren.

Mengingat kembali, tanggal 3 Mei, sampai di tempat kost menjelang ashar. Menunggu waktu ashar sambil menghabiskan sebungkus Anggur paket sepuluh ribu yang sempat kubeli di stasiun Depok Baru, setelah turun dari kereta. Menunggu sambil bermimpi maksudnya, hehe. Saking lelahnya, begitu bertemu bantal, mata segera layu dan merem. Entah sudah lupa mimpi apa waktu itu. Yang pasti bukan mimpi basah.

******* 

Senin, Mei 30, 2011

0 Komentar:

Posting Komentar