Smiley

0
Anda bisa merasakan tenangnya lautan saat menunggu titik - titik hitam itu berubah menjadi pulau. Semakin besar, sehingga terbukti kebenarannya. Setelah lama merasakan terombang - ambing dalam biru yang hanya biru di atas maupun di bawah. Kanan dan kiri. Atau hanya hitam yang membungkus, saat malam tiba. Menunggu di tengah lautan, seperti menunggu suara jangkrik yang terbawa angin.

Siang Cerah

Seperti episode pertama dalam hidup kita di dunia terang. Sebuah kisah lalu tentang diriku yang sampai kepadaku dari jalur Emak, "tidak ada tangisan saat kamu lahir," bagaimana jadinya? Jika tangisan yang ditunggu - tunggu tidak terdengar, tentu reduplah hati semua orang. Begitu juga saat sosok versi bayiku yang memang ditunggu dengan segenap hati oleh Bapak, diam tak menangis. Hati semua orang yang hadir menjadi perih. Ketika tidak juga ada teriakan kecil, "Aku hidup!" dari mulut kecilku. Apakah penantian panjang Bapak masih akan tertunda lagi? Ini menjadi pelajaran pertama tentang makna menuggu dalam hidup. Seandainya Aku bisa mendapatkan rekaman senyum Bapak, pada saat itu. Menunggu kemudian menjadi indah. Karena Aku sedikit tahu, makna pelajaran pertama itu, dari sentuhan yang sudah tidak kuingat.

---

Tahukah, nama hari yang paling ditunggu oleh semua orang saat ini? Senin. Sesungguhnya setiap pagi hari Senin kita, suka atau tidak suka, sedang menunggu. Apa yang akan terjadi di hari pertama itu. Bapak juga sedang menunggu diriku pada hari Senin. Dan Aku juga pernah menunggu, apa yang akan menyibukkan selama satu minggu ke depan di hari Senin. Menunggu hasil pekerjaan lembur Sabtu - Minggu dinilai oleh stake holder di perusahaan. Menunggu untuk tersenyum atau tertunduk. Jangan katakan Anda menunggu weekend, karena itu hanyalah peristirahatan sementara. Itu menyakiti pekerja manufaktur yang sedang cari tambahan duit atau terpaksa masuk selama weekend. Melupakan sejenak selama weekend, karena memang kita semua selalu berada pada working day. Pelajaran menunggu yang selalu berulang.

Anda juga adalah seorang yang sedang menuggu, menunggu teman yang mengirimkan text message "otw". Karena datang pertama kali. Tetapi sadarkah, Anda sedang menunggu, jika pun teman Anda berada di pihak yang harus membaca otewe dengan suntuk dalam hati. Anda sedang menunggu kalimat yang akan diucapkan teman Anda, karena ternyata 3 huruf tersebut menyimbolkan tiga jam perjalanan. Dan Anda menuggu reaksi teman Anda, saat mendengar kata, "macet." Justru jika Anda datang terlebih dulu, Anda sedang tidak ingin menunggu. Tetapi bersemangat, karena akan bertemu seseorang yang penting. Meskipun harus menunggu, ya. Skor kaca mata sampai akhir babak.

---

Ada sebuah kisah yang tidak kuingat dengan kuat. "Ayah, lama juga ya mereka tinggal di dalam kubur!" ujar seorang anak kecil. Yang sedang ikut ziarah kubur Sang Ayah. Sejak masuk pintu makam, anak itu memperhatikan tahun kematian yang tertulis di batu nisan, yang bervariasi. Dan bahkan setelah mati pun kita sedang menunggu. Menunggu hari kebangkitan, yang tidak akan terasa lama. Setelah dibangkitkan, semua waktu akan menjadi relatif, seolah hanya sebentar saja hakikatnya manusia itu menunggu.

Dan kita juga menunggu giliran, seperti siang menunggu malam, dan malam menunggu siang. Seperti plankton yang dimakan ikan kecil, kemudian dimakan ikan yang lebih besar, kemudian dimakan macan kumbang, dan kemudian dimakan waktu. Menunggu dengan waspada. Menunggu menghabiskan banyak energi, waktu, dan uang. Sebuah jawaban kadang begitu tersembunyi dalam ketakutan - ketakutan dan kekhawatiran. Atau terlindung di balik dunia. Tetapi tidaklah masalah. Karena energi, waktu, dan uang memang alat yang baik untuk menunggu kematian.

Dan kemudian ternyata, meskipun kita telah menemukan jawaban arti menunggu. Kita lalu menjadi kosong, dan karena itu kita kemudian kembali menunggu. Seseorang yang mau bergandeng tangan melewati perjalanan hidup. Dan kerana Aku lelaki, Aku pun memilih untuk menunggu menemukan khairatun nisa' yang memang khusus untukku. Harus subjektif namun tetap objektif. Maka itulah juga, nama yang pantas untuk disandangkan.

Hidup akan riuh, maka pegangan paling baik adalah ilmu, selain teman hidup. Karena dengan hikmah, kita akan tetap sadar bahwa kita hanya sedang menunggu, bersama. Membiasakan hati untuk selalu rindu suara azan. Menunggu yang memang pantas dan layak ditunggu. Membiasakan diri untuk sabar, menunggu imam memberikan isyarat. Memilah semua yang harus ditinggalkan ketika menunggu. Seketika, setelah salam, kita sedang menunggu pertemuan yang akan datang. Bagaimana mungkin itu bisa dilakukan, tanpa ilmu.

Menunggu tanpa ilmu, seperti kapal tanpa perlengkapan di tengah lautan. Bagaimana dapat mempertahankan iman yang memang naik dan turun. Bagaimana menjaga hati yang memang selalu berubah. Seperti sungai dangkal yang selalu beriak, jika tanpa ilmu. Sungai yang mendalam mengurangi riya'. Sungai dalam memberi ketenangan bagi ikan - ikan. Dan ilmu yang membuat kita akan tetap sadar, bahwa kita sedang menunggu. Ini hanya perjalanan, yang dirindukan hati bukanlah dunia. Karena hidup untuk menunggu, dunia juga sedang menunggu.

Menunggu

Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu - tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu - nunggu bersamamu".
30 Rajab 1436 H

0 Komentar:

Posting Komentar