Saat hujan begini, tidak ada pengecualian jika kita akan berdiskusi mengenai lantai dingin yang menggoda. Tidak juga Surabaya, sebagai kota yang sudah begitu mudah ditebak panasnya. Biarpun anda belum pernah singgah di kota Pelabuhan paling sibuk di jawa tersebut. Musim air begini, Surabaya tidak berbeda dengan rumah - rumah di dekat sawah Kediri Kabupaten. Selain juga sama sejuknya begitu masuk waktu malam menjelang pagi. Dan semua selimut pun sama rasanya. Hangat dan menutup. Sayu kedua mataku karena pagi seperti ini, pagi yang dingin di Surabaya. Apalagi setelah semalam berdiskusi panjang di sebuah terminal besar di Surabaya. Diskusi kecil tentang apa yang sebenarnya belum ditemukan dari pertemuan - pertemuan kemaren.
Ketenangan hidup itu bukan masalah status dalam pekerjaan, tetapi tentu jika dalam bekerja status kita jelas akan terasa lebih menenangkan. Itu salah satu kesimpulan. Lebih menjanjikan semangat saat senin hari berangkat ke tempat aktualisasi diri. Jelas matahari pagi terasa hangat dan menyenangkan walau di hari keramat itu. Dan termasuk tulisan ini adalah salah satu bagian dari semangat di hari senin. Yang dipicu oleh ketenangan, setelah beberapa jawaban tentang pertanyaan yang ngelantur semalam. Memang kita dapat bertanya apapun tentang dunia dan seisinya, meskipun jawaban dari pertanyaan itu belum tentu selesai dalam satu diskusi. Tapi, begitulah nikmatnya menjalani hidup sembari menanti sebuah jawaban.
Saat menunggu, itulah cerminan diri kita. Orang bisa mengatakan kita optimis semau mereka. Namun, saat sendiri dalam menunggu itulah dirimu sesungguhnya. Orang tidak sulit menilai siapa kita, berdasarkan osilasi suasana hati selama menunggu. Banyak bukti baru yang bisa ditemukan dan tidak dapat disembunyikan. Paling tidak terhadap diri kita sendiri, kita tidak akan mampu berbohong. Boleh jadi hari ini kita begitu optimis, karena hal kecil yang lakukan semalam. Misalnya, melihat serunya motoGp dan jagoan kita yang menang. Dan besoknya kita akan berubah jadi murung, karena semalam seekor cicak jatuh tepat di piring saat kita makan. Karena memang pintar selubung - selubung pesimis itu muncul dalam hati. Penghembusnya begitu jagodan ahli.
Banyak hal dalam hidup ini yang sebenarnya kita lakukan karena hasil pekerjaan Sang Penghembus. Yang memanfaatkan kelemahan hati kita. Seperti Hawa yang khawatir akan turun ke dunia. Seorang dengan IQ 200 pun tak lepas dari bahaya horoscope, saat galau. Triliuner paling canggih pun akan tergoda dengan batu akik yang berkhasiat, ketika melihat dolar yang naik turun tidak jelas. Ternyata tidak banyak hal yang dapat dikendalikan oleh manusia. Faktor x melimpah dalam dunia ini. Dan kita sebagai manusia, sangat gemar mencari x. Seolah - olah kita sedang duduk di depan soal ujian matematika yang menanyakan tentang x. Walaupun memang begitulah hidup, kita tidak akan dibiarkan apa adanya tanpa ujian. Hanya iblis dan anak turunnya yang berhak ikut menguji, atau beberapa manusia yang sudah take team! Kita hanya satuan kecil dari keseluruhan peserta ujian.