Smiley

0
Dalam sebuah dokumentasi, Planet Ant - Life Inside the Colony oleh BBC Scotland, ada beberapa garis besar penemuan yang menarik menurutku. Salah satunya, tentang semut, hidup semut ditentukan oleh faktor susunan kimia dalam makanan. Perubahan pada susunan kimia yang dialami oleh semut dapat menyebabkan semut menjadi semut pekerja, semut patrol, atau yang lain. Mungkin karena ukuran semut yang kecil, ya. Aku jadi berpikir seandainya manusia seukuran semut, mungkin segala jenis fast food, mie instan, atau makanan instan lainnya telah merubah kita menjadi sesuatu yang baru. Tetapi karena proses ini terjadi saat semut masih dalam tahap pertumbuhan, mungkin lebih pas jika dipadu-padankan dengan kita sewaktu masih balita.

Menyemut untuk Pergi

Faktanya, kita memang bisa menjadi seperti apa yang kita konsumsi. Sering konsumsi susu formula, menjadikan banyak bayi tumbuh menjadi manusia berformula, misalnya. Banyak balita yang kemudian tumbuh bersama formula - formula yang ditanamkan dalam masyarakat. Yang muaranya pada uang. Bayangkan, sembari menyuapi balitanya, Sang Ibu telah tanpa sengaja menanamkan makan itu mahal. Dengan segala gerutu yang terlihat tanpa sengaja, kemudian menjadi informasi - informasi penting buat perkembangan balita. Coba dengar saja, saat komunitas Ibu suapan berkumpul. Pasti banyak keluhan - keluhan kecil yang meluncur bebas. Dan bayipun seolah diprogram seperti calon semut tentang siapa mereka nanti. Berdasarkan rumus hidup materi, tentang seberapa mahal formula yang sedang mereka makan. 

Ah, itukan hanya analogi. Tentu saja, karena banyak hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. Seperti lingkungan keluarga, pendidikan, dan pengaruh lingkungan di luar rumah. Tahukah Anda, berdasarkan film dokumentasi tentang semut di atas, semut dapat menjadi semut yang sangat disiplin karena yang tertanam dalam diri semut hanya satu hal. Yaitu koloni, dan semua kegiatannya dipandu oleh feromon sebagai media pengambil keputusan. Semut bukanlah berharga jika hanya satu semut. Semua menjadi tidak penting, semua demi kelangsungan koloni. Dan sadar atau tidak, dunia menggiring kita ke dalam satu pemikiran yang sama.

Dunia boleh mendeskripsikan dalam bentuk lain - lain. Entah uang, seni, faham, kehormatan, dan masih banyak lagi macamnya. Kita hanya seperti semut yang begitu patuh dengan alur hidup. Hanya semut - semut yang dihinggapi serangga Pseudacteon, yang berontak tentang hidupnya. Namun, lagi - lagi, sebenarnya semut jenis inipun sedang sakit tanpa sadar. Mereka hanya akan hidup lebih pendek, karena parasit yang masuk ke dalam tubuh mereka, menggerogoti nyawa. 

Ada banyak jenis semut di luar sana. Ada yang hidup dalam negara agraris, lahir dalam koloni pemakan segala, pun ada yang hidup tergantung dari perbudakan. Banyak jenis pilihan hidup semut, sesuai tipe koloni. Dan tidak seperti manusia, mereka lahir dan hidup sesuai dengan identitas lahir. Jangan coba - coba untuk mempertanyakan nilai - nilai di dalam koloni, atau mati. Beruntung sebagai manusia, kita memiliki kesempatan untuk mencari, dan memilih. Dan sungguh, ada banyak aktor intelektual di luar sana. Yang mencoba menggiring kita masuk ke dalam koloninya. Bahkan saat ini, dengan terpaksa, kita sedang hidup di dalam koloni materialisme. Semua itu alamiah, katanya. Tergantung, dan tidak bahagia kecuali hanya sebentar. Tapi itulah hidup, dan sungguh beruntung orang - orang yang sedang berjuang menyerahkan hidupnya, kembali ke fitrahnya. Menjadi manusia yang muslim


Kita tidaklah merdeka, kecuali semu saja.

18 Rajab 1436 H

0 Komentar:

Posting Komentar