Smiley

0
Kurva Kesibukan

Gadis itu berkulit legam, keringat mengalir membasahi. Namun sinar matanya cerah penuh cinta. Dengan riang duduk di bagian tangki bensin kendaraan roda tiga. di depan Sang Ayah yang sedang mengatur posisi parkir. Suaranya ikut menyaingi rambu sein. Ketika gadis yang lain sedang bermain dan bercengkerama. Tidak sedang membantu kerja, lebih tepat hanya mengganggu. Dan hakikatnya dia sedang bermain juga, seperti gadis lain. Sang Ayah mulai memindahkan pasir ke dalam bak. Dengan senyum yang tak pernah hilang, dan nafas yang tidak berhenti terengah. Sang Ayah juga tak kalah legam. Dengan bahu kokoh yang ditempa jalanan.

Gadis kecil itu terlihat gembul, dengan rambut keriting polesan alam. Namun senyumnya cerah. Mengikuti kemanapun Sang Ayah mengantar pesan angkut pasir. Biar pun panas tidak pernah sepi di siang hari Surabaya. Tidak peduli dengan gegap gempita mall - mall yang sedang menawarkan sale. Tidak mengindahkan arena permainan anak yang hanya kurang dari 1 km jauhnya.

Sementara di tempat lain, seorang gadis kecil menengadahkan tangan kepada orang yang lalu. Pada manusia yang ikut menyemut di minggu pagi, daerah tugu pahlawan. Pasar pagi yang tak pernah sepi dari dagangan. Tidak pernah lalu dengan cerita sepi. Mengikut di belakangnya, seorang Ibu yang dia panggil dengan sebutan itu. Matanya terlihat letih, namun seketika menyala menemukan iba. Balita dalam gendongan Sang Ibu mulai ikut merintih, soundtrack kesedihan yang terdengar natural.

Kanak - kanak pekerja paruh waktu, muncul begitu saja di jalanan Surabaya. Entah darimana mulanya, mereka menjadi bagian keekonomian. Dalam kehidupan keras pemenuhan kebutuhan. Namun, kedua gadis kecil tersebut tidaklah sama. Meskipun mereka sama - sama legam. Karena mata mereka seharusnya cerah. Tidak drama di dalam mata mereka, begitu semestinya. Senyum mereka sesungguhnya seperti mutiara yang selalu menguatkan hati. Bagi setiap yang memperjuangkan hidup mereka.

Patutkah kita memoles mata dan senyum mereka, menjadi drama. Patutkah suara jujur mereka, menjadi penarik gerutu. Pelajaran terbaik bagi anak - anak adalah kerja keras, bukan uang. Hikmah mulia bagi anak - anak adalah cita - cita, buka kemewahan semu. Jika mereka merasa sedang belajar, mereka akan mulia. Jika mereka merasa bekerja, mereka akan belajar. Jika mereka merasa rendah, mereka bukan anak - anak lagi. Senyum dan tawa mereka akan tersembunyi untuk mereka saja.  

27 Rajab 1436 H

0 Komentar:

Posting Komentar