Smiley

0
Cerita ini hanya sebuah terkaan psikologi, sekali lagi hanya dugaan sebelum terjadi hipotesis. Aku juga tidak ingin langsung mengambil tindakan untuk menembak Sang Terduga seperti densus antiteror bertindak terhadap targetnya. Cukup tersenyum saja, sih. Hasil fotografi di atas, yang hitam putih itu, adalah foto Sang Pacar bagiku, hahaha. Beberapa saat yang lalu, ada perubahan perilaku padanya. Tidak seperti yang biasa berlaku, indah, ketika Aku muncul di depan pintu dan Dia langsung tersipu malu namun segera mendekat. Bahkan tidak akan membiarkan Aku 'didekati' yang lain. Dia akan langsung 'menyalak', galak. Dan kemudian dijamin Aku ndak akan sempat istirahat karena Dia akan terus menempel seperti perangko.

Perempuan Wanita

Bagaimana kemudian yang terjadi, Dia ndak mau mendekat. Sungguh perilaku yang tidak wajar. "Bau," katanya sambil meronta saat kupeluk. Lah, kenapa, dong? Karena penasaran, terus saja kugodai. Meskipun sampai aku pulang Dia tetap seperti itu. Dan beberapa kesempatan pertemuan yang lain juga menunjukkan gejala perilaku yang sama. Sudah dibilang beruntung jika Dia mau salim ketika aku pamit. Namun, oh ... Tiba - tiba kemaren berubah kembali seperti biasa, menyenangkan sekali. Kali ini ndak akan dibiarkan aku anteng sebentar. Dari naik ke pundak sampai minta diayun - ayun. Capek, lah pokoknya. Ya, baru mau pada kesempatan itu.

Jadilah aku mulai mencari - cari apa yang menjadi penyebabnya. Dugaan pertama, apa yang aku sebut naluri wanita. Meskipun ini cuma dugaan polos, ya. Bahkan mungkin Dia belum disebut wanita. Nah, ini menariknya karena aku menduga instingnya sebagai wanita masih tajam. Bau adalah salah satu alat yang digunakan makhluk hidup di alam sebagai media mengenal pasangan, misalnya. Jadi dengan sangat naif aku mencoba menghubungkan hal itu. Tentu seorang pasangan akan sangat benci ketika ada bau lain pada bagian yang dianggap miliknya. Haha, dugaan lugu saja. Aku hanya menilik kondisi saat terjadinya konflik itu, aku memang sedang sangat dekat dengan seseorang. Meskipun tidak ada kaitan dengan status sama sekali, tapi aku mengakui kenangan paling tidak bisa dihilangkan dari kedekatan itu adalah apa yang aku sebut 'her smell'. Jadi, masalah bau ini telah menimbulkan konflik berupa kecemburuan bagi Sang Pacar. Menjadi trigger dari perilaku tak wajar tersebut. Aku menyebutnya 'perilaku psikologi bau'. Sebuah hipotesis dari wanita - wanita masa kini yang begitu sering menjadi cemburu hanya karena bau wangi yang lain. Atau bahkan jika seorang pasangan yang tidak biasa menggunakan parfum, tercium wangi. Dari bau terbitlah cemburu.

Fenomena bau ini memang sedikit menggelitik, menggerakkan beberapa jaringan motorik. Namun mengapa kemudian emosi yang teraduk itu menjadi begitu dalam bagi seorang perempuan. Naluri wanita, dalam cemburunya mampu menuntun kepada bukti - bukti yang kuat dan tuntas. Muaranya kemudian bisa menjadi elasi, jika perubahan bau itu ditujukan untuk dirinya. Dan jelas menjadi depresi, ketika perubahan itu adalah sebuah gerak wanita lain di luar sana. Persepsi terhadap bau badan, mengenai perubahan, tidak akan lepas dari program investigasi. Bagi yang sangat berani, tentu akan tuntas. Namun banyak di antara mereka memilih diam, melukai diri sendiri. Berarti memang Sang Pacar itu masih kuat dan tegas, tidak suka jika ada bau lain. Berani, masih mula nalurinya.

Persepsi terhadap bau memang unik terhadap tiap individu. Berbeda berdasarkan pengalaman pribadi, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Memori yang bersifat elatif mampu menaikkan mood menjadi lebih baik. Seperti yang sering kita rasakan saat bau lemon, lavender pada ruang kerja yang menimbulkan efek seperti kafein. Termasuk keahlian alami perempuan dalam hal jumlah megabyte memori, bau yang sangat ia kenal dari Ibu atau Ayah biasanya menjadi pemicu kesukaannya terhadap lawan jenis. Pengaruh persepsi psikologis yang memberikan ketenangan, kenyamanan, dan rasa aman. Bahkan, pada beberapa kasus, perempuan juga mempunyai kecenderungan untuk menyukai bau dari masa kecil yang unik yang menggambarkan dirinya. Psikologi bau memang tidak langsung terhubung dengan naluri. Namun, memberikan kesan positif terhadap mood. Dan bagi perempuan, hal ini bisa memberikan efek luar biasa.

Lalu apa dugaan kedua? Haha ... ya mungkin Aku memang sedang bau, lah! Apalagi, meskipun dugaan ini dapat menyebabkan harkat dan martabatku sebagai Lelaki menjadi turun drastis. Pasrah saja, lebih aman dan menenangkan. Mungkin. Maklum, ilmuku terbatas.

8 Rajab 1436 H

0 Komentar:

Posting Komentar